Kamis, 12 Desember 2013

PSIKOLOGI PENDIDIKAN II (teori belajar sosial)

PSIKOLOGI PRNDIDIKAN II
TEORI BELAJAR SOSIAL
DOSEN PENGAMPU: KETUT PASEK GUNAWAN S.Pd.H


 







NAMA   : I GEDE ADNYANA
NIM   : 10.1.1.1.1.3822

 Jurusan Pendidikan  Agama
Fakultas Dharma Acarya
Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar
2011




                                                                    BAB I
                                                          PENDAHULUAN

1.1
 LATAR BELAKANG
            Dalam kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari berbagai variabel pokok yang saling berkaitan yaitu kurikulum, guru/pendidik, pembelajaran, peserta. Dimana semua komponen ini bertujuan untuk kepentingan peserta. Berdasarkan hal tersebut pendidik dituntut harus mampu menggunakan berbagai model pembelajaran agar peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar. Hal ini dilatar belakangi bahwa peserta didik bukan hanya sebagai objek tetapi juga merupakan subjek dalam pembelajaran. Peserta didik harus disiapkan sejak awal untuk mampu bersosialisasi dengan lingkungannya sehingga berbagai jenis model pembelajaran yang dapat digunakan oleh pendidik.
            Model-model pembelajaran sosial merupakan pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan di kelas dengan melibatkan peserta didik secara penuh (student center) sehingga peserta didik memperoleh pengalaman dalam menuju kedewasaan, peserta dapat melatih kemandirian, peserta didik dapat belajar dari lingkungan kehidupannya.

1.2 RUMUSAN MASALAH
1.      Apakah yang dimaksud dengan model pembelajaran partisipatif ?
2.      Bagaimanakah model pendekatan pembelajaran ?
3.      Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi  pembelajaran mandiri ?
1.TUJUAN PENULISAN
            Makalah ini dirancang untuk mahasiswa Program S1. Oleh sebab itu dalam penyajiannya diharapkan dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang berbagai konsep model pembelajaran dan penerapan model pembelajaran di kelas.





                                                             
                                                                  BAB II
                                                            PEMBAHASAN
            Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational learning adalah sebuah teori yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Berbeda dengan penganut behaviorisme lainnya, Bandura memandang perilaku individu tidak semata - mata refleks otomatis atau stimulus ( S-R Bond ) melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan ( imitation ) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.
            Manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari interaksi antara manusia dengan lingkungan, dan sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri. Menurut saya, periBlaku timbul karena adanya interaksi antara lingkungan dengan individu. Perilaku timbul bukan karena semata - mata refleks otomatis melainkan juga akibat reaksi yang timbul dari hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu. Apabila perilaku itu bersifat baik maka akan menimbulkan norma dan moral yang baik. Begitu juga sebaliknya.
            Jadi, kita sebagai pendidik harus bisa menciptakan lingkungan yang dapat mengarahkan peserta didik ke lingkungan yang baik, yang berkaitan dengan norma dan moral dalam masyarakat. Kita sebagai pendidik tidak hanya mengajarkan satu materi saja, tetapi juga harus mengkorelasikan antara materi yang satu dengan yang lainnya yang bisa mengarahkan siswa untuk menumbuhkembangkan dengan norma dan moral yang baik yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Karena norma dan moral adalah hal yang penting dalam kehidupan bermasyarakat.
            Menurut teori Albert Bandura, proses pembelajaran tidak hanya terpaku pada teori tetapi juga pada tingkah laku pendidik yang dapat ditiru siswa. Kita juga dapat memberikan reward dan punishment kepada peserta didik yang berprestasi agar menumbuhkembangkan dan memotivasi peserta didik.

2.1 MODEL PEMBELAJARAN PARTISIPATIF
A.
 Konsep Pembelajaran Partisipatif
            Pembelajaran partisipatif pada intinya dapat diartikan sebagai upaya pendidik untuk mengikut sertakan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran yaitu dalam tahap perencanaan program, pelaksanaan  program dan  penilaian program.  Partisipasi  pada tahap perencanaan adalah keterlibatan peserta didik dalam kegiatan mengidentifikasi kebutuhan belajar, permasalahan, sumber-sumber atau potensi yang tersedia dan kemungkinan hambatan dalam pembelajaran. Partisipasi dalam tahap pelaksanaan program kegiatan pembelajaran adalah keterlibatan peserta didik dalam menciptakan iklim yang kondusif untuk belajar. Dimana salah satu iklim yang kondusif untuk kegiatan belajar adalah pembinaan hubungan antara peserta didik, dan antara peserta didik dengan pendidik sehingga tercipta hubungan kemanusiaan yang terbuka, akrab, terarah, saling menghargai, saling membantu dan saling belajar.
            Partisipasi dalam tahap penilaian program pembelajaran adalah keterlibatan peserta didik dalam penilaian pelaksanaan pembelajaran maupun untuk penilaian program pembelajaran. Penilaian pelaksanaan pembelajaran mencakup penilaian terhadap proses, hasil dan dampak pembelajaran.

B.
 Ciri-ciri Pembelajaran Partisipatif
  Berdasarkan pada pengertian pembelajaran partisipatif yaitu upaya untuk mengikutsertakan peserta didik dalam pembelajaran, maka ciriciri dalam kegiatan pembelajaran :
1.      Pendidik menempatkan diri pada kedudukan tidak serba mengetahui terhadap semua bahan ajar.
2.      Pendidik memainkan peran untuk membantu peserta didik dalam melakukan kegiatan pembelajaran.
3.      Pendidik melakukan motivasi terhadap peserta didik untuk berpartisipasi dalam pem belajaran.
4.      Pendidik menempatkan dirinya sebagai peserta didik.
5.      Pendidik bersama peserta didik saling belajar.
6.      Pendidik membantu peserta didik untuk menciptakan situasi belajar yang kondusif.
7.      Pendidik mengembangkan kegiatan pembelajaran kelompok.
8.      Pendidik mendorong peserta didik untuk meningkatkan semangat berprestasi.
9.      Pendidik mendorong peserta didik untuk berupaya memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam kehidupannya.
C. Peran Pendidikan Dalam Pembelajaran
      Peran pendidik dalam pembelajaran partisipatif lebih banyak berperan sebagai pembimbing dan pendorong bagi peserta didik untuk melakukan kegiatan pembelajaran sehingga mempengaruhi terhadap intensitas peranan pendidik dalam pembelajaran.
Pada awal pembelajaran intensitas peran pendidik sangat tinggi yaitu untuk menyajikan berbagai informasi bahan belajar, memberikan motivasi serta memberikan bimbingan kepada peserta dalam melakukan pembelajaran, tetapi makin lama makin menurun intensitas perannya digantikan oleh peran yang sangat tinggi dari peserta didik untuk berpartisipasi
 dalam pembelajaran secara maksimal.
      Langkah-langkah yang harus ditempuh pendidik dalam membantu peserta didik untuk mengembangkan kegiatan pembelajaran: :
1. Membantu peserta didik dalam menciptakan iklim belajar
2.Membantu
 peserta didik dalam menyusun kelompok belajar
3.Membantu
 peserta didik dalam mendiagnosis kebutuhan pelajar
4.Membantu
 peserta didik dalam menyusun tujuan belajar
5.Membantu
 peserta didik dalam merancang pengalaman belajar
6.Membantu
 peserta didik dalam kegiatan pembelajaran
7.Membantu
 peserta didik dalam penilaian hasil, proses dan pengaruh kegiatan      pembelajaran.

2.2 MODEL PENDEKATAN PEMBELAJARAN
A.Konsep
 Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
      Pendekatan pembelajaran kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan pemikiran tentang belajar dilihat dari proses transfer belajar, lingkungan belajar.
Dilihat dari proses, belajar tidak hanya sekedar menghapal. Dari transfer belajar, siswa belajar dai mengalami sendiri, bukan pemberian dari orang lain. Dan dilihat dari lingkungan belajar, bahwa belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat
 pada siswa. Pembelajaran kontekstual (contextual learning) merupakan upaya pendidik untuk menghubungkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik, dan mendorong peserta didik melakukan hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.Dalam penerapan pembelajaran kontekstual tidak lepas dar i landasan filosofisnya, yaitu aliran konstruktivisme. Aliran ini melihat pengalaman langsung peserta didik (direct experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran.
B. Perbedaan Pembelajaran Kontekstual dan Pembelajaran Konvensional
      Karakteristik model pembelajaran kontekstual dalam penerapannya di kelas, antara lain: :
1.Siswa
 secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran
2.Siswa
 belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi, saling mengoreksi
3.Pembelajaran
 dihubungkan dengan kehidupan nyata atau masalah
4.Perilaku
 dibangun atas kesadaran diri.
5.Keterampilan
 dikembangkan atas dasar pemahaman
6.Peserta didik tidak melakukan yang jelek karena dia sadar hal itu keliru dan merugikan.
7.Bahasa
 diajarkan dengan pendekatan komunikatif, yakni peserta didik diajak      menggunakan bahasa dalam konteks nyata.
Karakteristik model pembelajaran konvensional dalam penerapannya di kelas, antara lain :
1.Siswa
 adalah penerima informasi
2.Siswa
 cenderung belajar secara individual
3.Pembelajaran
 cenderung abstrak dan teoritis
4.Perilaku
 dibangun atas kebiasaan
5.Keterampilan
 dikembangkan atas dasar latihan
6.Peserta
 didik tidak melakukan yang jelek karena dia takut hukuman
7.Bahasa
 diajarkan dengan pendekatan struktural
Pembelajaran kontekstual memiliki perbedaan dengan pembelajaran konvensional, tekanan perbedaannya yaitu pembelajaran kontekstual lebih bersifat student centered (berpusat kepada peserta didik) dengan proses pembelajarannya berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan peserta didik bekajar dan mengalami. Sedangkan pembelajaran konvensional lebih cenderung teacher centered (berpusat kepada pendidik), yang dalam proses pembelajarannya siswa lebih banyak menerima informasi bersifat abstrak dan teoritis.



C. Komponen-komponen Pembelajaran Kontekstual
      Peranan pendekatan pembelajaran kontekstual di kelas dapat didasarkan pada tujuh komponen, yaitu : :
1.Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir pembelajaran kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia didalam dirinya sedikit demi sedikit, yang hasilnya dapat
 diperluas melalui konteks yang terbatas.
2.Pencairan
 (inquiry)
Menemukan merupakan inti dari pembelajaran kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa merupakan hasil dari penemuan siswa itu sendiri.
3.Bertanya
 (Questioning)
Bertanya merupakan awal dari pengetahuan yang dimiliki seseorang. Bagi siswa kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiriy, yaitu untuk menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan
 mengarahkan pada aspek yang belum diketahui.
4.Masyarakat
 Belajar (Learning Community)
Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada komunikasi dua arah atau lebih, yaitu antara siswa dengan siswa atau antara siswa dengan pendidik apabila
 diperlukan atau komunikasi antara kelompok.

5.Pemodelan
 (Modeling)
Model dapat dirancang dengan melibatkan guru, siswa atau didatangkan dari luar sesuai dengan kebutuhan. Dengan pemodelan, siswa dapat mengamati berbagai tindakan yang dilakukan
 oleh model tersebut.
6.Refleksi
 (Reflection)
Refleksi adalah cara berfikir tentang sesuatu yang sudah dipelajari. Realisasi dari refleksi dalam
 pembelajaran dapat berupa:
a)Pernyataan
 langsung tentang sesuatu yang sudah diperoleh siswa
b)Kesan
 dan pesan/saran siswa tentang pembelajaran yang sudah diterimanya
c)Hasil
 karya
7.Penilaian
 yang sebenarnya (authentic assessment)
      Assessment merupakan proses pengumpulan data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Assessment menekankan pada proses pembelajaran maka data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan pada saat melakukan proses pembelajaran.
Karakteristik
 authentic assessment, yaitu : :
a)Dilaksanakan
 selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung
b)Dapat
 digunakan untuk formatif maupun sumatif
c)Yang
 diukur adalah keterampilan dan penampilan bukan mengingat fakta
d)Berkesinambungan
e)Terintegrasi
f)Dapat
 digunakan sebagai feed back
2.3 MODEL PEMBELAJARAN MANDIRI
A.Konsep
 Pembelajaran Mandiri
      Dalam rangka menuju kedewasaan, seorang anak harus dilatih untuk belajar mandiri. Belajar mandiri merupakan suatu proses, dimana individu mengalami inisiatif dengan atau tanpa bantuan orang lain.
1.Dapat
 mengurangi ketergantungan pada oranlain
2.Dapat
 menumbuhkan proses alamiah perkembangan jiwa
3.Dapat
 menumbuhkan tanggung jawab pada peserta didik
Berdasarkan hal tersebut pendidik bukan sebagai pihak yang menentukan segala-galanya dalam pembelajaran, tetapi lebih berperan sebagai fasilitator atau sebagai teman peserta didik
 dalam memenuhi kebutuhan belajar mereka.

B.
 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Belajar Mandiri
      Banyak faktor yang mempengaruhi untuk tumbuhnya belajar mandiri, yaitu :
1.Terbuka terhadap setiap kesempatan belajar, belajar pada dasarnya tidak dibatasi oleh waktu,
 tempat dan usia.
2.Memiliki konsep diri sebagai warga belajar yang efektif, seseorang yang memiliki konsep diri berarti senantiasa mempersepsi secara positif mengenai belajar dan selalu mengupayakan
 hasil belajar yang baik.
3.Berinisiatif dan merasa bebas dalam belajar, inisiatif merupakan dorongan yang muncul dari diri seseorang tanpa dipengaruhi oleh orang lain, seseorang yang memiliki inisiatif untuk
 belajar tidak perlu dirangsang untuk belajar.
4.Memiliki kecintaan terhadap belajar, menjadikan belajar sebagai bagian dari kehidupan manusia dimulai dari timbulnya kesadaran, keakraban dan kecintaan terhadap belajar.
5.Kreativitas. Menurut Supardi (1994), kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun kerja nyata, yang relative
 berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Ciri perilaku kreatif yang dimiliki seseorang diantaranya dinamis, berani, banyak akal, kerja keras dan bebas. Bagi seseorang yang kreatif, tidak akan kuatir atau takut melakukan sesuatu sepanjang yang dilakukannya mengandung makna.
6.Memiliki
 orientasi ke masa depan.
Seseorang yang memiliki orientasi ke masa depan akan memandang bahwa masa depan bukan
 suatu yang mengandung ketidakpastian.
7.Kemampuan menggunakan keterampilan belajar yang mendasar dan memecahkan masalah.

C.Peran
 Pendidik Dalam Belajar Mandiri
      Dalam pembelajaran mandiri, tutor berperan sebagai fasilitator dan teman bagi peserta didik. Sebagai fasilitator, pendidik dapat membantu peserta didik dalam mengakrabi masalah yang dihadapi peserta didik, dan berupaya agar peserta didik dapat menemukan alternative pemecahan masalah yang dihadapinya. Peran lain yang harus dilakukan pendidik adalah sebagai teman. Pendidik berusaha menempatkan dirinya sama dengan peserta didik sebagai peserta yang mengharapkan nilai tambah dalam kehidupannya untuk mengantisipasi perubahan yang terjadi, serta mengaktualisasikan dirinya.







                                                                        BAB III
                                                                       PENUTUP
3.1 KESIMPULAN


            Model-model pembelajaran sosial merupakan pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan di kelas dengan melibatkan peserta didik secara penuh (student center) sehingga peserta didik memperoleh pengalaman dalam menuju kedewasaan, peserta dapat melatih kemandirian peserta didik dapat belajar dari lingkungan kehidupannya. Model model pembelajaran sosial ini mencakup : model pembelajaran partisipatif, model pendekatan pembelajaran kontekstual, dan model pembelajaran mandiri. Pembelajaran partisipatif pada intinya dapat diartikan sebagai upaya pendidik untuk mengikutsertakan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, yaitu dalam tahap : perencanaan program, pelaksanaan program dan penilaian program.
            Dalam menyiapkan anak untuk bersosialisasi di masyarakat, sejak dini anak harus sudah mengenal lingkungan kehidupannya. Model pembelajaran kontekstual merupakan upaya pendidik untuk menghubungkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik melakukan hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka. Dalam rangka menuju kedewasaan, seorang anak harus dilatih untuk belajar mandiri. Belajar mandiri merupakan suatu proses, dimana individu mengambil inisiatif denganatau tanpa bantuan orang lain. Dalam pembelajaran mandiri menekankan pada keaktifan peserta didik yang lebih bersifat student centered daripada teacher centered sehingga pendidik lebih banyak berperan sebagai fasilitator dan teman (partner).

3.2 SARAN
 Kita sebagai pendidik harus bisa menciptakan lingkungan yang dapat mengarahkan peserta didik ke lingkungan yang baik, yang berkaitan dengan norma dan moral dalam masyarakat. Kita sebagai pendidik tidak hanya mengajarkan satu materi saja, tetapi juga harus mengkorelasikan antara materi yang satu dengan yang lainnya yang bisa mengarahkan siswa untuk menumbuhkembangkan dengan norma dan moral yang baik yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Karena norma dan moral adalah hal yang penting dalam kehidupan bermasyarakat.





















                                                      DAFTAR PUSTAKA


Depdiknas, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Pendidikan Lanjutan Pertama. (2003). Pendekatan Kontekstual (Centered Teaching and Learning). Jakarta.

Sudjana, D. (2000). Strategi Pembelajaran. Bandung : Falah Production.

Hatimah, I. (2003). Strategi dan Metode Pembelajaran. Bandung : Andira.

Knowles, M. (1975). Self Directed Learning. Chicago : Follet Publishing Company.









Tidak ada komentar: