Kamis, 12 Desember 2013

JURNALISTIK (pengalaman pada masa-masa PKM di SD No. 1 paket agung)

SEDIKIT CELOTEH PADA MASA-MASA PKM DI SD NO.1 PAKET AGUNG
Dunia pendidikan saat ini tengah memfokuskan diri pada upaya untuk memenuhi tuntutan relevansi antara kemampuan lulusan dengan kehidupan dalam masyarakat, khususnya lagi di dunia kerja. Upaya untuk meningkatkan kualitas lulusan tidak dapat dilakukan hanya dengan memusatkan perhatian pada input atau peserta didik, tetapi juga bagaimana menghadirkan seorang guru yang profesional serta berdedikasi dalam profesinya sebagai seorang pendidik. Hingga saat ini, profesionalisme seorang guru merupakan sebuah paradigma yang tidak henti-hentinya menjadi wacana hangat dalam masyarakat.Perguruan tinggi sebagai pencetak tenaga kependidikan diharapkan mampu menciptakan pendidik yang tidak hanya menguasai bidangnya, tetapi juga memiliki pengetahuan tentang persekolahan serta memiliki kemauan untuk mengabdikan diri dalam profesinya.
            Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh beberapa komponen yaitu siswa, kurikulum dan tenaga pengajar (guru). Ketiga komponen ini harus bersinergi sehingga apa yang menjadi tujuan suatu institusi pendidikan akan bisa tercapai. Berbagai upaya telah ditempuh oleh pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan. Namun upaya ini hendaknya didukung pula oleh tenaga pengajar yang professional.
            Kami selaku mahasiswa dari IHDN (Institut Hindu Dharma Negeri) Denpasar yang sedang melakukan kegiatan PKM (Praktikum Kemampuan Mengajar) di SD Negeri 1 Paket Agung yang dimulai dari tanggal 3 Agustus 2013. Awal kedatangan kami kesana adalah melakukan penyerahan mahasiswa praktek dari lembaga yang dipimpin langsung oleh Dosen pembimbing kepada kepala sekolah SD Negeri 1 Paket Agung, setelah melakukan kegiatan penyerahan kami langsung melakukan observasi awal di seluruh areal sekolah dan berinteraksi langsung dengan siswa, guru, beserta staffnya.
            Hari kedua kami disekolah langsung diberikan kesempatan mengajar bidang studi Agama Hindu dan Bahasa Daerah Bali. Adapaun langkah awal yang kami lakukan adalah :
a.    Kegiatan di Dalam Kelas
1.    Membuka dan Menutup Pelajaran
·         Kegiatan belajar mengajar dimulai pada pukul 07.00 WITA. Setelah bel tanda masuk berbunyi, seluruh siswa memasuki kelas. Setelah semua siswa masuk kelas, siswa melakukan persembahyangan sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing. Kadang kala para siswa juga melaksanakan persembahyangan bersama di lapangan sekolah yang di pimpin oleh salah satu siswa.
·         Pada saat guru memasuki kelas, semua siswa berdiri dan mengucapkan salam (menghaturkan panganjali umat :”OM SWASTIASTU”) yang diikuti oleh guru. Kemudian guru mengamati siswa sambil melakukan pengabsenan.
·         Setelah melakukan pengabsenan guru memulai pelajaran, siswa memperhatikan dengan seksama dan sambil menyimak beberapa informasi dari guru yang dianggap penting. Setelah mendengarkan penjelasan dari guru maka siswa akan diberikan tugas untuk mengerjakan soal-soal yang ada di buku Modul atau mengerjakan soal-soal yang telah dibuat sendiri oleh guru.
·         Sebelum mengakhiri pelajaran guru memberikan beberapa pertanyaan sebagai umpan balik, seberapa jauh materi pelajaran sudah diserap oleh siswa dari pelajaran yang telah disajikan.
2.    Interaksi Belajar Mengajar
            Pada umumnya, para siswa mengikuti proses pembelajaran dengan tertib dan tenang. Para siswa sangat antusias dalam menyimak materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Sementara itu, guru senantiasa menjaga agar suasana kelas tetap terkendali. Pada saat para siswa telah jenuh mengikuti proses pembelajaran, maka guru akan menyelinginya dengan humor, sehingga situasi kelas tidak menjadi tegang dan membosankan untuk siswa.
            Dalam proses pembelajaran, ada kalanya guru memberi pertanyaan-pertanyaan yang terkait denga materi yang dijelaskan. Disini terlihat siswa sangat antusias dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh gurunya. Selain itu, para siswa juga tidak segan-segan untuk menanyakan materi pelajaran yang belum dimengerti. Namun ada juga beberapa siswa yang sedikit malas/kurang aktif di kelas. Mereka enggan untuk mengajukan pertanyaan atau memberi tanggapan. Agar siswa ini menjadi aktif maka guru mata pelajaran akan menunjuk langsung siswa yang kurang aktif itu dan memberikan pertanyaan pada siswa tersebut.
            Proses pembelajaran juga berlangsung cukup akrab dan kekeluargaan. Siswa sangat rajin dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh gurunya, baik berupa PR maupun tugas-tugas, meskipun masih ada beberapa siswa yang malas untuk mengerjakan tugas tersebut. Para siswa juga selalu berusaha mengumpulkan tugas tepat waktu. Namun di balik itu semua, ada beberapa siswa yang biasanya mengerjakan PR di sekolah. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan seperti mereka lupa ada PR, tidak bisa mengerjakan, ketinggalan di rumah dan lain sebagainya.
            Selama proses pembelajaran berlangsung, tidak ada siswa yang berprilaku khusus yang dapat mengganggu proses pembelajaran. Hanya saja ada beberapa siswa yang mulai agak bosan mengikuti pelajaran sehingga mereka mengganggu atau mengobrol dengan teman lainnya atau teman sebangkunya. Agar hal ini dapat diatasi, maka guru mata pelajaran akan menegur siswa tersebut sembari menyelipkan sedikit humor sehingga kondisi kelas kembali semangat.
            Seluruh siswa yang ada di SD Negeri 1 Paket Agung pada umumnya sudah mempunyai fasilitas belajar yang menunjang seperti buku catatan, buku latihan, modul/buku ajar, buku penunjang, dan alat-alat tulis lainnya. Fasilitas-fasilitas ini diperoleh antara lain dari membeli, meminjam maupun memfotocopy sendiri. Apabila ada siswa yang tidak membawa perlengkapan yang memadai, maka guru akan menyarankan agar siswa itu meminjam pada temannya atau berkelompok dengan teman yang memiliki kelengkapan tersebut.
            Perilaku siswa sangat mempengaruhi interaksi siswa dengan guru penyaji. Hal ini terjadi karena dalam proses pembelajaran memerlukan adanya interaksi (hubungan timbal balik) antara guru dan siswa, sehingga jika salah satu siswa saja yang berprilaku kurang baik dalam proses pembelajaran, maka akan dapat mengganggu berlangsungnya kegiatan proses pembelajaran tersebut. Demikian pula jika seorang guru tidak mampu menyajikan materi pelajaran secara menyenangkan maka para siswa juga tidak akan menyenangi mata pelajaran itu. Para siswa akan kurang berminat mengikuti proses pembelajaran.
3.    Pengelolaan Kelas
            Jumlah siswa di setiap kelas tergolong gemuk, rata-rata jumlah siswa setiap kelas mencapai 43 orang siswa. Namun ini tidak terlalu berpengaruh terhadap pelaksanaan proses pembelajaran di masing-masing kelas. Masing-masing kelas diatur sedemikian rupa sehingga siswa merasa nyaman belajar di kelas. Meja dan bangku-bangku disediakan dan diatur sesuai dengn jumlah siswa. Biasanya meja siswa diatur menjdi empat deret ke belakang dengan jarak yang cukup untuk pergerakan guru dan siswa. 
       Secara umum, pengelolaan kelas dilakukan secara klasikal, kelompok, atau secara individua.. Perbedaannya secara spesifik yang dapat diamati adalah sebagai berikut: Secara umum perilaku siswa yang dikelola secara klasikal, kelompok, atau individual  adalah beragam. Siswa yang memang serius belajar akan memperhatikan gurunya, sedangkan siswa yang bosan dengan pelajaran mereka akan bermain-main, dan lain sebagainya. Namun secara spesifik perbedaan yang tampak adalah sebagai berikut :
a.       Secara klasikal.
                           Jika dikelola secara klasikal, siswa cenderung kurang disiplin. Siswa sering tidak memperhatikan pelajaran karena berbagai sebab dan tidak jarang siswa tersebut malah mengganggu teman-temannya yang sedang serius belajar entah dengan melempar sesuatu ataupun dengan mengajak ‘ngobrol’. Interaksi yang terjadi adalah antara teman-teman yang tempat duduknya saling berdekatan.
b.       SecaraKelompok.
                        Dengan berkelompok lebih banyak interaksi yang terjadi antara siswa sehingga siswa yang lebih menguasai materi bisa menyampaikan kepada teman yang lainnya. Interaksi yang terjadi adalah interaksi antara teman-teman satu kelompoknya. Namun selain itu sering juga terjadi interaksi yang terjadi dalam kelompok tersebut bukan mengenai pelajaran. Yang terjadi adalah siswa ‘mengobrol’ satu sama lain mengenai hal-hal diluar pelajaran. Hal ini menyebabkan proses pembelajaran menjadi kurang efektif. Selain itu seringkali dalam kelompok siswa yang belajar ataupun melakukan percobaan (jika pengelompokan tersebut untuk melakukan praktikum) hanya beberapa orang. Yang lainnya hanya menonton.
c.       Secara Individual.
                        Prilaku siswa yang dikelola secara individual akan mengakibatkan siswa kurang pergaulan dan cenderung menutup diri terhadap lingkungannya. Di satu sisi memang siswa akan lebih dapat di kontrol dan dibina secara intensif, namun di sisi lain siswa akan cenderung enggan untuk bergaul dengan sesamanya. Pengelolaan secara individual ini secara umum kurang efektif dilakukan mengingat jumlah siswa di sekolah sangat banyak.
b.      Kegiatan di Luar Kelas
            Kegiatan yang dilakukan oleh siswa di luar kelas pada saat usai pelajaran dan saat tidak ada kegiatan belajar mengajar adalah sangat bervariasi. Ada beberapa siswa yang memanfaatkan waktu ini untuk membeli makanan dan kebutuhan lainnya dikantin sekolah. Ada pula beberapa siswa yang memanfaatkan waktu ini untuk duduk-duduk dan bersenda gurau dengan teman-temannya. Hal ini dilakukan untuk menambah keakraban dan pergaulan.
            Secara umum, tidak ada siswa yang berperilaku ekstrim yang tidak wajar. Kalaupun ada beberapa siswa yang saling ejek, itupun dilakukan dalam batas kewajaran dan dilakukan  sebagai suatu candaan bagi teman-temannya.
            Hubungan yang terjadi antara siswa terjalin secara akrab dan harmonis. Tidak terlihat adanya permusuhan dan perselisihan yang terjadi diantara mereka. Demikian pula hubungan yang terjadi antara siswa dan guru juga berlangsung secara akrab. Hal ini terlihat para siswa sangat menghormati guru-gurunya dan mereka tidak jarang memanfaatkan waktu istirahatnya dengan berdiskusi dengan gurunya.
Adapun interaksi-interaksi sosial antara komponen Sekolah :
a.         Interaksi sosial antara guru dengan guru
            Hubungan antara guru dengan guru di lingkungan sekolah berjalan cukup harmonis. Hal ini terlihat dari adanya kerja sama serta pembagian tugas piket yang teratur, pergantian mengajar untuk masing-masing kelas dalam satu bidang studi, pergantian wali kelas dalam kurun waktu satu tahun, dan lain sebagainya, sehingga suasana kerja di lingkungan guru menjadi lebih harmonis dan dinamis. Begitu juga hubungan sosial antara guru di luar sekolah terlihat cukup baik. Hal ini terlihat adanya rasa kekeluargaan yang cukup erat diantara mereka. Jika seorang guru yang mendapat musibah atau mempunyai hajatan, maka guru yang lain juga ikut berpartisipasi. Salah satu hal yang sangat positif yang dapat kita lihat interaksi antara guru yaitu selalu terjadi koordinasi di dalam mengambil suatu tindakan, dan guru-gurunya bersifat demokratis serta fleksibel.
b.      Interaksi sosial antar guru dengan siswa
            Dalam proses belajar mengajar di sekolah hubungan antara guru dengan siswa adalah hubungan antar tenaga pendidik dengan peserta didik. Guru mempunyai tugas dan tanggung jawab tertentu dalam mengelola proses pembelajaran, demikian juga dengan peserta didik. Sedangkan di luar proses pembelajaran hubungan sosial antar guru dengan siswa hampir sama halnya hubungan antara orang tua dengan anak didiknya.
            Dalam keseharian siswa secara langsung bertanya kepada guru tentang berbagai hal yang menyangkut materi pelajaran maupun secara bersama-sama melaksanakan dan menyukseskan kegiatan sekolah seperti kegiatan tengah semester, odalan di Padmasana, dan kegiatan yang lainnya.
c.         Interaksi sosial antara sesama siswa
            Hubungan sosial di sekolah antara siswa kelas I, II, III, IV, V VI berjalan cukup harmonis. Hal ini terlihat dari keseharian pergaulan mereka di sekolah dan aktivitas mereka dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Demikian juga dengan posisi ruang kelas yang relatif berdekatan sehingga memungkinkan adanya komunikasi antara siswa yang satu dengan siswa yang lain, sehingga kemungkinan-kemungkinan terhadap kejadian yang tidak diinginkan dapat diminimalisir sedini mungkin.
d.        Interaksi sosial antara guru dan pegawai
            Kerjasama antara guru dengan pegawai selama ini terbina dengan baik. Para pegawai dengan penuh tanggungjawab melaksanakan tugasnya dalam administrasi, keperluan guru dan siswa terkait dengan kelancaran proses pembelajaran di sekolah.
e.         Interaksi Sosial antara guru dan kepala sekolah
            Kepala sekolah sebagai pimpinan instansi kependidikan selalu menjalain koordinasi dan pembinaan aktif dengan guru, staf pegawai dan seluruh siswa. Dalam kegiatan sekolah, kepala sekolah selalu hadir mendampingi dan sekaligus mengontrol pelaksanaan kegitan tersebut, sehingga para siswa mendapat perhatian dan semangat dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Seperti misalnya, pada saat pelaksanaan kegiatan lomba gerak jalan tingkat SD dalam rangka Memperingati Hari Kemerdekaan RI yang diselenggarakan oleh Pemkab Buleleng di GOR Bhuana Patra Singaraja.
f.         Interaksi sosial antara pihak sekolah dengan wali murid siswa
            Sebagai benuk tanggungjawab moral terhadap wali murid, pihak sekolah telah menjalin hubungan yang harmonis dengan orang tua siswa. Beberapa hal misalnya berupa pemanggilan seluruh orang tua siswa pada saat pembagian raport, rapat komite Sekolah, rapat pembinaan dengan orang tua dari siswa yang bermasalah.
            Demikian sekilas kegiatan-kegiatan yang sudah kami lakukan di tempat PKM selama ini.



Tidak ada komentar: