I PENDAHULUAN
Pengaruh agama Hindu Budha sudah mulai masuk sejak abad pertama masehi yang disebarkan oleh para pedagang, golongan ksatria, dan golongan Brahmana. Setelah tersebarnya agama dan kepercayaan Hindu-dan Budhaterbentuk pula system kerajaan berbasis agama tersebut dan tersebar di berbagai kawasan nusantara. Misalnya, pada abad ke 5 M berdiri kerajaan Hindu pertama di Indonesia. Setelah itu, diikuti dengan berdirinya Kerajaan Tarumanegara (Jaw Timur), Sriwijaya (Palembang), Mataram Kuno, Majapahit, dan lain-lain.
Berdirinya kerajaan Hindu-Budha tersebut ternyata telah menumbuhkembangkan hubungan social masyarakat dari kerajaan yang berbeda melalui bidang perdagangan, agama, serta lahirnya ketrampilan budaya dalam menghasilkan karya-karya seni, baik sastra, candi, maupun karya-karya lain. Misalnya, buku sutasoma karya Empu Tantular, Negarakertagama karya Empu Prapanca, Arjunawiwaha karya Empu Kanwa (sastra), dan Borobudur, Prambanan, Puri Besakih, (Candi/ Arsetektur)merupakan bukti adanya pengaruh yang kuat dari kebudayaan Hindu Budha. Melalui local genius, bangsa Indonesia mengembangkan kebudayaan baru tersebut menjadi kebudayaan asli Indonesia yang berbeda dengan kebudayaan asal. Bangsa Indonesia memiliki keterampilan dalam melakukan akulturasi dan sintesa budaya.
II PEMBAHASAN
Pengaruh agama hindu budha di Indonesia berdampak munculnya kerajaa-kerajaan di Indonesia yaitu sebagai berikut :
A. KERAJAAN TERTUA DI INDONESIA
1. Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai terletak di Pulau Kalimantan bagian timur. Pada abad ke-4 M berdirilah sebuah kerajaan yang diperintah oleh Aswawarman yang disebut-sebut sebagai putra dari kundugga.
Di Kutai ditemukan 7 buah prasati yang berbentuk Yupa. Yupa adalah tiang batu/tugu peringatan untuk melaksanakan upacara kurban. Yupa sebagai prasati bertulis huruf Pallawadan berbahasa sansekerta dan tersusun dalam bentuk syair. Salah satu diantara batu bertulis tersebut ada yang menuliskan “Sang Maha Raja Kundungga yang amat mulia,mempunyai putra yang masyur, Sang Aswawarman namanya, seperti Ancuman (Deawa Matahari), menumbuhkan keluarga yang sangat mulia. Sang Aswawarman mempunyai tiga putra, seperti api yang suci ketiganya. Yang tertemuka dari ketiganya itu ialah Sang Mulawarman raja yang bijaksana, kuat dan berkuasa.Sang Mulawarman telah mengadakan yajnadengan mempersembahkan emas yang banyak. Pada bagian yang lain disebutkan pulabahwa “Sang Mulawarman raja mulia dan termuka, telah mempersembahkan yajna berupa Dua Puluh Ribu (20.000) ekor sapi kepada para brahman bertempat dilapangan Suci Waprakeswara. Waprakeswara adalah lapangan suci sebagai tempat untuk memuja siwa.
Drs. R. Soekarno menyatakan bahwa, Kundunggabukanlah kata Sansekerta. Kundugga adalah seseorang kepala suku penduduk asli indonesia yang belum banyak trkena pengaruh kebudayaan India. Sedangkan Prof. Dr. Purbatjaraka mengatakan, bahwa kundugga bukan sosok yang terkenal di India. Mungkin Beliau adalah orang Indonesia asli yang sudah menerima pengaruh kebudayaan India. Sehingga nama-nama keturunannya disesuaikan dengan budaya orang-orang India Selatan yang sering mempergunakan akhir “warman” (pelindung) dalam memberikan nama-nama keturunanya. Sedangkan Dr. Krom menyatakan bahwa Kundungga adalah tipe India Selatan , karena di sana ditemukan istilah tempat yang disebut Kundukura.
Dari berbagai pendapat yang diketemukan oleh para ilmuwan tentang asal sebutan Kundugga, yang utama patut kita ketahuidan diingat adalah bagaimana perkembangan Agama Hinduyang terdapat di Kutai pada masa lalu sampai sekarang. Berdasarkan penemuan peninggalan sejarah berupa batu bertulis (YUPA) dapat diketahui bahwa Agama Hindu telah berkembang dengan subur di Kutai. Hindu sebagai agama yang telah berkembang yang diterima oleh masyarakat Kutai sejak abad -4 M. Adapun pengaruh Agama Hindu yang diterima oleh masyarakat Kutai adalah Hindu ajaran Siswa.
2. Kerajaan Tarumanegara
Tarumanagara atau Kerajaan Taruma adalah sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah barat pulau Jawa pada abad ke-4 hingga abad ke-7 M. Taruma merupakan salah satu kerajaan tertua di Nusantara yang meninggalkan catatan sejarah. Dalam catatan sejarah dan peninggalan artefak di sekitar lokasi kerajaan, terlihat bahwa pada saat itu Kerajaan Taruma adalah kerajaan Hindu beraliran Wisnu. Sumber Sejarah
Bila menilik dari catatan sejarah ataupun prasasti yang ada, tidak ada penjelasan atau catatan yang pasti mengenai siapakah yang pertama kalinya mendirikan kerajaan Tarumanegara. Raja yang pernah berkuasa dan sangat terkenal
dalam catatan sejarah adalah Purnawarman. Pada tahun 417 ia memerintahkan penggalian Sungai Gomati dan Candrabaga (Kali Bekasi) sepanjang 6112 tombak (sekitar 11 km). Selesai penggalian, sang prabu mengadakan selamatan dengan menyedekahkan 1.000 ekor sapi kepada kaum brahmana.
Bukti keberadaan Kerajaan Taruma diketahui dengan tujuh buah prasasti batu yang ditemukan. Empat di Bogor, satu di Jakarta dan satu di Lebak Banten. Dari prasasti-prasasti ini diketahui bahwa kerajaan dipimpin oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358 M dan beliau memerintah sampai tahun 382 M. Makam Rajadirajaguru Jayasingawarman ada di sekitar sungai Gomati (wilayah Bekasi). Kerajaan Tarumanegara ialah kelanjutan dari Kerajaan Salakanagara.
Prasasti yang ditemukan
1. Prasasti Kebon Kopi, dibuat sekitar 400 M (H Kern 1917), ditemukan di perkebunan kopi milik Jonathan Rig, Ciampea, Bogor
2. Prasasti Tugu, ditemukan di Kampung Batutumbu, Desa Tugu, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, sekarang disimpan di museum di Jakarta. Prasasti tersebut isinya menerangkan penggalian Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian Sungai Gomati oleh Purnawarman pada tahun ke-22 masa pemerintahannya.Penggalian sungai tersebut merupakan gagasan untuk menghindari bencana alam berupa banjir yang sering terjadi pada masa pemerintahan Purnawarman, dan kekeringan yang terjadi pada musim kemarau.
3. Prasasti Cidanghiyang atau Prasasti Munjul, ditemukan di aliran Sungai Cidanghiang yang mengalir di Desa Lebak, Kecamatan Munjul, Kabupaten Pandeglang, Banten, berisi pujian kepada Raja Purnawarman.
4. Prasasti Ciaruteun, Ciampea, Bogor
5. Prasasti Muara Cianten, Ciampea, Bogor
6. Prasasti Jambu, Nanggung, Bogor
7. Prasasti Pasir Awi, Citeureup, Bogor
Lahan tempat prasasti itu ditemukan berbentuk bukit rendah berpermukaan datar dan diapit tiga batang sungai: Cisadane, Cianten dan Ciaruteun. Sampai abad ke-19, tempat itu masih dilaporkan dengan nama Pasir Muara. Dahulu termasuk bagian tanah swasta Ciampea. Sekarang termasuk wilayah Kecamatan Cibungbulang.
Kampung Muara tempat prasasti Ciaruteun dan Telapak Gajah ditemukan, dahulu merupakan sebuah "kota pelabuhan sungai" yang bandarnya terletak di tepi pertemuan Cisadane dengan Cianten. Sampai abad ke-19 jalur sungai itu masih digunakan untuk angkutan hasil perkebunan kopi. Sekarang masih digunakan oleh pedagang bambu untuk mengangkut barang dagangannya ke daerah hilir.
Prasasti pada zaman ini menggunakan aksara Sunda kuno, yang pada awalnya merupakan perkembangan dari aksara tipe Pallawa Lanjut, yang mengacu pada model aksara Kamboja dengan beberapa cirinya yang masih melekat. Pada zaman ini, aksara tersebut belum mencapai taraf modifikasi bentuk khasnya sebagaimana yang digunakan naskah-naskah (lontar) abad ke-16.
Prasasti Pasir Muara
Di Bogor, prasasti ditemukan di Pasir Muara, di tepi sawah, tidak jauh dari prasasti Telapak Gajah peninggalan Purnawarman. Prasasti itu kini tak berada ditempat asalnya. Dalam prasasti itu dituliskan :
ini sabdakalanda rakryan juru panga-mbat i kawihaji panyca pasagi marsa-n desa barpulihkan haji su-nda
Terjemahannya menurut Bosch:
Ini tanda ucapan Rakryan Juru Pengambat dalam tahun (Saka) kawihaji (8) panca (5) pasagi (4), pemerintahan begara dikembalikan kepada raja Sunda.
Karena angka tahunnya bercorak "sangkala" yang mengikuti ketentuan "angkanam vamato gatih" (angka dibaca dari kanan), maka prasasti tersebut dibuat dalam tahun 458 Saka atau 536 Masehi.
Prasasti Ciaruteun
Prasasti Ciaruteun ditemukan pada aliran Ci Aruteun, seratus meter dari pertemuan sungai tersebut dengan Ci Sadane; namun pada tahun 1981 diangkat dan diletakkan di dalam cungkup. Prasasti ini peninggalan Purnawarman, beraksara Palawa, berbahasa Sansekerta. Isinya adalah puisi empat baris, yang berbunyi:
vikkrantasyavanipateh shrimatah purnavarmmanah tarumanagararendrasya vishnoriva padadvayam
Terjemahannya menurut Vogel:
Kedua (jejak) telapak kaki yang seperti (telapak kaki) Wisnu ini kepunyaan raja dunia yang gagah berani yang termashur Purnawarman penguasa Tarumanagara.
Selain itu, ada pula gambar sepasang "padatala" (telapak kaki), yang menunjukkan tanda kekuasaan &mdash& fungsinya seperti "tanda tangan" pada zaman sekarang. Kehadiran prasasti Purnawarman di kampung itu menunjukkan bahwa daerah itu termasuk kawasan kekuasaannya. Menurut Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara parwa II, sarga 3, halaman 161, di antara bawahan Tarumanagara pada masa pemerintahan Purnawarman terdapat nama "Rajamandala" (raja daerah) Pasir Muhara.
Prasasti Telapak Gajah
Prasasti Telapak Gajah bergambar sepasang telapak kaki gajah yang diberi keterangan satu baris berbentuk puisi berbunyi:
jayavi s halasya tarumendrsaya hastinah airavatabhasya vibhatidam padadavayam
Terjemahannya:
Kedua jejak telapak kaki adalah jejak kaki gajah yang cemerlang seperti Airawata kepunyaan penguasa Tarumanagara yang jaya dan berkuasa.
Menurut mitologi Hindu, Airawata adalah nama gajah tunggangan Batara Indra dewa perang dan penguawa Guntur. Menurut Pustaka Parawatwan i Bhumi Jawadwipa parwa I, sarga 1, gajah perang Purnawarman diberi nama Airawata seperti nama gajah tunggangan Indra. Bahkan diberitakan juga, bendera Kerajaan Tarumanagara berlukiskan rangkaian bunga teratai di atas kepala gajah. Demikian pula mahkota yang dikenakan Purnawarman berukiran sepasang lebah.
Ukiran bendera dan sepasang lebah itu dengan jelas ditatahkan pada prasasti Ciaruteun yang telah memancing perdebatan mengasyikkan di antara para ahli sejarah mengenai makna dan nilai perlambangannya. Ukiran kepala gajah bermahkota teratai ini oleh para ahli diduga sebagai "huruf ikal" yang masih belum terpecahkan bacaaanya sampai sekarang. Demikian pula tentang ukiran sepasang tanda di depan telapak kaki ada yang menduganya sebagai lambang labah-labah, matahari kembar atau kombinasi surya-candra (matahari dan bulan). Keterangan pustaka dari Cirebon tentang bendera Taruma dan ukiran sepasang "bhramara" (lebah) sebagai cap pada mahkota Purnawarman dalam segala "kemudaan" nilainya sebagai sumber sejarah harus diakui kecocokannya dengan lukisan yang terdapat pada prasasti Ciaruteun.
Prasasti Jambu
Di daerah Bogor, masih ada satu lagi prasasti lainnya yaitu prasasti batu peninggalan Tarumanagara yang terletak di puncak Bukit Koleangkak, Desa Pasir Gintung, Kecamatan Leuwiliang. Pada bukit ini mengalir (sungai) Cikasungka. Prasasti inipun berukiran sepasang telapak kaki dan diberi keterangan berbentuk puisi dua baris:
shriman data kertajnyo narapatir - asamo yah pura tarumayam nama shri purnnavarmma pracurarupucara fedyavikyatavammo tasyedam - padavimbadavyam arnagarotsadane nitya-dksham bhaktanam yangdripanam - bhavati sukhahakaram shalyabhutam ripunam.
Terjemahannya menurut Vogel:
Yang termashur serta setia kepada tugasnya ialah raja yang tiada taranya bernama Sri Purnawarman yang memerintah Taruma serta baju perisainya tidak dapat ditembus oleh panah musuh-musuhnya; kepunyaannyalah kedua jejak telapak kaki ini, yang selalu berhasil menghancurkan benteng musuh, yang selalu menghadiahkan jamuan kehormatan (kepada mereka yang setia kepadanya), tetapi merupakan duri bagi musuh-musuhnya.
3 Kerajaan Holing
1. Lokasi Kerajaan
Berita Cina berasal dari Dinasti T’ang yang menyebutkan bahwa letak Kerajaan Holing berbatasan dengan Laut Sebelah Selatan, Ta-Hen-La (Kamboja) di sebelah utara, Po-Li (Bali) sebelah Timur dan To-Po-Teng di sebelah Barat. Nama lain dari Holing adalah Cho-Po (Jawa), sehingga berdasarkan berita tersebut dapat disimpulkan bahwa Kerajaan Holing terletak di Pulau Jawa, khususnya Jawa Tengah.
J.L. Moens dalam menentukan letak Kerajaan Holing meninjau dari segi perekonomian, yaitu pelayaran dan perdagangan. Menurutnya, Kerajaan Holing selayaknya terletak di tepi Selat Malaka, yaitu di Semenanjung Malaya. Alasannya, Selat Malaka merupakan selat yang sangat ramai dalam aktifitas pelayaran perdagangan saat itu. Pendapat J.L. Moens itu diperkuat dengan ditemukannya sebuah daerah di Semenajung Malaya yang bernama daerah Keling.
2.sumber sejarah
I-Tsing menyebutkan bahwa seorang temannya bernama Hui-Ning dengan pembantunya bernama Yunki pergi ke Holing tahun 664/665 M untuk mempelajari ajaran agama Budha. Ia juga menterjemahkan kitab suci agama Budha dari bahasa Sansekerta ke bahasa Cina. Dalam menerjemahkan kitab itu, ia dibantu oleh pendeta agama Budha dari Holing yang bernama Jnanabhadra. Menurut keterangan dari Dinasti Sung, kitab yang diterjemahkan oleh Hui-Ning adalah bagian terakhir kitab Parinirvana yang mengisahkan tentang pembukaan jenazah Sang Budha.
3.kehidupan politik
Berdasarkan berita Cina disebutkan bahwa Kerajaan Holing diperintah oleh seorang raja putri yang bernama ratu sima. Pemerintahan Ratu Sima sangat keras, namun adil dan bijaksana. Rakyat tunduk dan taat terhadap segala perintah Ratu Sima. Bahkan tidak seorang pun rakyat atau pejabat kerajaan yang berani melanggar segala perintahnya.
4.kehiudpan sosial
Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Holing sudah teratur rapi. Hal ini disebabkan karena sistem pemerintahan yang keras dari Ratu Sima. Di samping ini juga sangat adil dan bijaksana dalam memutuskan suatu masalah. Rakyat sangat menghormati dan mentaati segala keputusan Ratu Sima.
5.kehidupan politik
kehidupan perekonomian masyarakat Kerajaan Holing berkembang pesat. Masyarakat Kerajaan Holing telah mengenal hubungan perdagangan. Mereka menjalin hubungan perdagangan pada suatu tempat yang disebut dengan pasar. Pada pasar itu, mereka mengadakan hubungan perdagangan dengan teratur.
B. KERAJAAN MELAYU DAN SRIWIJAYA
1. KERAJAAN MELAYU
Kerajaan Melayu atau dalam bahasa Cina ditulis Ma-La-Yu merupakan sebuah nama kerajaan yang berada Pulau Sumatra. Dari bukti dan keterangan yang disimpulkan dari prasasti dan berita dari Cina, keberadaan kerajaan yang mengalami naik turun ini dapat di diketahui dimulai pada abad ke-7 yang berpusat di Minanga, pada abad ke-13 yang berpusat di Dharmasraya dan diawal abad ke 15 berpusat di Suruaso atau Pagaruyung.
Kerajaan ini berada di pulau Swarnadwipa atau Swarnabumi yang oleh para pendatang disebut sebagai pulau emas yang memiliki tambang emas, dan pada awalnya mempunyai kemampuan dalam mengontrol perdagangan di Selat Malaka sebelum direbut oleh Kerajaan Sriwijaya pada tahun 1962.
Penggunaan kata Melayu, telah dikenal sekitar tahun 100-150 seperti yang tersebut dalam buku Geographike Sintaxis karya Ptolemy yang menyebutkan maleu-kolon. Dan kemudian dalam kitab Hindu Purana pada zaman Gautama Buddha terdapat istilah Malaya dvipa yang bermaksud tanah yang dikelilingi air.
Kerajaan Melayu dapat di golongkan ke dalam kerajaan tertua di Indonesia. Alasannya, kerajaan ini menempati kedudukan istimewa di dalam perkembangan sejarah Indonesia. Sumber sejarah yang dapat digunakan untuk menyelidiki Kerajaan Melayu hanyalah berasal dari sumber Cina, sedangkan berita-berita dari prasati sama sekali tidak ada.
Dari uraian I-tsing jelas sekali bahwa Kerajaan Melayu terletak di tengah pelayaran antara Sriwijaya dan Kedah. Jadi Sriwijaya terletak di selatan atau tenggara Melayu. Hampir semua ahli sejarah sepakat bahwa negeri Melayu berlokasi di hulu sungai Batang Hari, sebab pada alas arca Amoghapasa yang ditemukan di Padangroco terdapat prasasti bertarikh 1208 Saka (1286) yang menyebutkan bahwa arca itu merupakan hadiah raja Kertanagara (Singhasari) kepada raja Melayu.
Prof slamet mujana berpendapat, istilah Malayu berasal dari kata Malaya yang dalam Bahasa Sansekerta bermakna “bukit”. Nama sebuah kerajaan biasanya merujuk pada nama ibu kotanya. Oleh karena itu, ia tidak setuju apabila istana Malayu terletak di Kota Jambi, karena daerah itu merupakan dataran rendah. Menurutnya, pelabuhan Malayu memang terletak di Kota Jambi, tetapi istananya terletak di pedalaman yang tanahnya agak tinggi. Dan menurut Prasasti Tanjore yang dikeluarkan oleh Rajendra Chola I bertarikh 1030, menyebutkan bahwa ibu kota kerajaan Malayu dilindungi oleh benteng-benteng, dan terletak di atas bukit.
SUMBER SEJARAH
Berasal dari sumber Cina karena tidak ditemukan prasasti. Musafir Cina I-Tsing (671-695 M) menyatakan bahwa pada abad ke-7 M secara politik Kerajaan Melayu dimasukkan ke dalam Kerajaan Sriwijaya.
Peninggalan Sejarah
Patung Amoghapasa (patug Buddha) hadiah dari penguasa Jawa Timur pada abad ke-13 M, ditemukan di Jambi.
2. KERAJAAN SRIWIJAYA
Kerajaan Sriwijaya (atau juga disebut Srivijaya) adalah salah satu kemaharajaan maritim yang kuat di pulau Sumatera dan banyak memberi pengaruh di Nusantara dengan daerah kekuasaan membentang dari Kamboja, Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Dalam bahasa Sansekerta, sri berarti “bercahaya” dan wijaya berarti “kemenangan”.
Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7; seorang pendeta Tiongkok, I Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun 671 dan tinggal selama 6 bulan. Prasasti yang paling tua mengenai Sriwijaya juga berada pada abad ke-7, yaitu prasasti Kedukan Bukit di Palembang, bertarikh 682. Kemunduran pengaruh Sriwijaya terhadap daerah bawahannya mulai menyusut dikarenakan beberapa peperangan diantaranya serangan dari raja Dharmawangsa Teguh dari Jawa di tahun 990, dan tahun 1025 serangan Rajendra Chola I dari Koromandel, selanjutnya tahun 1183 kekuasaan Sriwijaya dibawah kendali kerajaan Dharmasraya.
Setelah Sriwijaya jatuh, kerajaan ini terlupakan dan eksistensi Sriwijaya baru diketahui secara resmi tahun 1918 oleh sejarawan Perancis George Cœdès dari École française d’Extrême-Orient.
1. Historiografi
Tidak terdapat catatan lebih lanjut mengenai Sriwijaya dalam sejarah Indonesia; masa lalunya yang terlupakan dibentuk kembali oleh sarjana asing. Tidak ada orang Indonesia modern yang mendengar mengenai Sriwijaya sampai tahun 1920-an, ketika sarjana Perancis George Cœdès mempublikasikan penemuannya dalam koran berbahasa Belanda dan Indonesia. Coedès menyatakan bahwa referensi Tiongkok terhadap “San-fo-ts’i”, sebelumnya dibaca “Sribhoja”, dan beberapa prasasti dalam Melayu Kuno merujuk pada kekaisaran yang sama.
Sriwijaya menjadi simbol kebesaran Sumatera awal, dan kerajaan besar Nusantara selain Majapahit di Jawa Timur. Pada abad ke-20, kedua kerajaan tersebut menjadi referensi oleh kaum nasionalis untuk menunjukkan bahwa Indonesia merupakan satu kesatuan negara sebelelum kolonialisme Belanda.
Sriwijaya disebut dengan berbagai macam nama. Orang Tionghoa menyebutnya Shih-li-fo-shih atau San-fo-ts’i atau San Fo Qi. Dalam bahasa Sansekerta dan Pali, kerajaan Sriwijaya disebut Yavadesh dan Javadeh. Bangsa Arab menyebutnya Zabaj dan Khmer menyebutnya Malayu. Banyaknya nama merupakan alasan lain mengapa Sriwijaya sangat sulit ditemukan. Sementara dari peta Ptolemaeus ditemukan keterangan tentang adanya 3 pulau Sabadeibei yang kemungkinan berkaitan dengan Sriwijaya.
Sekitar tahun 1993, Pierre-Yves Manguin melakukan observasi dan berpendapat bahwa pusat Sriwijaya berada di Sungai Musi antara Bukit Seguntang dan Sabokingking (terletak di provinsi Sumatera Selatan sekarang). Namun sebelumnya Soekmono berpendapat bahwa pusat Sriwijaya terletak pada kawasan sehiliran Batang Hari, antara Muara Sabak sampai ke Muara Tembesi (di provinsi Jambi sekarang), dengan catatan Malayu tidak di kawasan tersebut, jika Malayu pada kawasan tersebut, ia cendrung kepada pendapat Moens, yang sebelumnya juga telah berpendapat bahwa letak dari pusat kerajaan Sriwijaya berada pada kawasan Candi Muara Takus (provinsi Riau sekarang), dengan asumsi petunjuk arah perjalanan dalam catatan I Tsing, serta hal ini dapat juga dikaitkan dengan berita tentang pembangunan candi yang dipersembahkan oleh raja Sriwijaya (Se li chu la wu ni fu ma tian hwa atau Sri Cudamaniwarmadewa) tahun 1003 kepada kaisar Cina yang dinamakan cheng tien wan shou (Candi Bungsu, salah satu bagian dari candi yang terletak di Muara Takus). Namun yang pasti pada masa penaklukan oleh Rajendra Chola I, berdasarkan prasasti Tanjore, Sriwijaya telah beribukota di Kadaram (Kedah sekarang).
2. Pembentukan dan pertumbuhan
Belum banyak bukti fisik mengenai Sriwijaya yang dapat ditemukan. Kerajaan ini menjadi pusat perdagangan dan merupakan negara maritim, namun kerajaan ini tidak memperluas kekuasaannya di luar wilayah kepulauan Asia Tenggara, dengan pengecualian berkontribusi untuk populasi Madagaskar sejauh 3.300 mil di barat. Beberapa ahli masih memperdebatkan kawasan yang menjadi pusat pemerintahan Sriwijaya, selain itu kemungkinan kerajaan ini biasa memindahkan pusat pemerintahannya, namun kawasan yang menjadi ibukota tetap diperintah secara langsung oleh penguasa, sedangkan daerah pendukungnya diperintah oleh datu setempat.
Kekaisaran Sriwijaya telah ada sejak 671 sesuai dengan catatan I Tsing, dari prasasti Kedukan Bukit pada tahun 682 di diketahui imperium ini di bawah kepemimpinan Dapunta Hyang. Di abad ke-7 ini, orang Tionghoa mencatat bahwa terdapat dua kerajaan yaitu Malayu dan Kedah menjadi bagian kemaharajaan Sriwijaya. Berdasarkan prasasti Kota Kapur yang yang berangka tahun 686 ditemukan di pulau Bangka, kemaharajaan ini telah menguasai bagian selatan Sumatera, pulau Bangka dan Belitung, hingga Lampung. Prasasti ini juga menyebutkan bahwa Sri Jayanasa telah melancarkan ekspedisi militer untuk menghukum Bhumi Jawa yang tidak berbakti kepada Sriwijaya, peristiwa ini bersamaan dengan runtuhnya Tarumanagara di Jawa Barat dan Holing (Kalingga) di Jawa Tengah yang kemungkinan besar akibat serangan Sriwijaya. Sriwijaya tumbuh dan berhasil mengendalikan jalur perdagangan maritim di Selat Malaka, Selat Sunda, Laut China Selatan, Laut Jawa, dan Selat Karimata.
Ekspansi kerajaan ini ke Jawa dan Semenanjung Malaya, menjadikan Sriwijaya mengontrol dua pusat perdagangan utama di Asia Tenggara. Berdasarkan observasi, ditemukan reruntuhan candi-candi Sriwijaya di Thailand dan Kamboja. Di abad ke-7, pelabuhan Cham di sebelah timur Indochina mulai mengalihkan banyak pedagang dari Sriwijaya. Untuk mencegah hal tersebut, Maharaja Dharmasetu melancarkan beberapa serangan ke kota-kota pantai di Indochina. Kota Indrapura di tepi sungai Mekong, di awal abad ke-8 berada di bawah kendali Sriwijaya. Sriwijaya meneruskan dominasinya atas Kamboja, sampai raja Khmer Jayawarman II, pendiri imperium Khmer, memutuskan hubungan dengan Sriwijaya di abad yang sama. Di akhir abad ke-8 beberapa kerajaan di Jawa, antara lain Tarumanegara dan Holing berada di bawah kekuasaan Sriwijaya. Menurut catatan, pada masa ini pula wangsa Sailendra bermigrasi ke Jawa Tengah dan berkuasa disana. Di abad ini pula, Langkasuka di semenanjung Melayu menjadi bagian kerajaan. Di masa berikutnya, Pan Pan dan Trambralinga, yang terletak di sebelah utara Langkasuka, juga berada di bawah pengaruh Sriwijaya.
Setelah Dharmasetu, Samaratungga menjadi penerus kerajaan. Ia berkuasa pada periode 792 sampai 835. Tidak seperti Dharmasetu yang ekspansionis, Samaratungga tidak melakukan ekspansi militer, tetapi lebih memilih untuk memperkuat penguasaan Sriwijaya di Jawa. Selama masa kepemimpinannya, ia membangun candi Borobudur di Jawa Tengah yang selesai pada tahun 825.
3. Agama dan Budaya
Sebagai pusat pengajaran Buddha Vajrayana, Sriwijaya menarik banyak peziarah dan sarjana dari negara-negara di Asia. Antara lain pendeta dari Tiongkok I Tsing, yang melakukan kunjungan ke Sumatera dalam perjalanan studinya di Universitas Nalanda, India, pada tahun 671 dan 695, serta di abad ke-11, Atisha, seorang sarjana Buddha asal Benggala yang berperan dalam mengembangkan Buddha Vajrayana di Tibet. I Tsing melaporkan bahwa Sriwijaya menjadi rumah bagi sarjana Buddha sehingga menjadi pusat pembelajaran agama Buddha. Pengunjung yang datang ke pulau ini menyebutkan bahwa koin emas telah digunakan di pesisir kerajaan. Selain itu ajaran Buddha aliran Buddha Hinayana dan Buddha Mahayana juga turut berkembang di Sriwijaya.
Kerajaan Sriwijaya banyak dipengaruhi budaya India, pertama oleh budaya Hindu kemudian diikuti pula oleh agama Buddha. Raja-raja Sriwijaya menguasai kepulauan Melayu melalui perdagangan dan penaklukkan dari kurun abad ke-7 hingga abad ke-9, sehingga secara langsung turut serta mengembangkan bahasa Melayu beserta kebudayaannya di Nusantara.
Sangat dimungkinkan bahwa Sriwijaya yang termahsyur sebagai bandar pusat perdagangan di Asia Tenggara, tentunya menarik minat para pedagang dan ulama muslim dari Timur Tengah. Sehingga beberapa kerajaan yang semula merupakan bagian dari Sriwijaya, kemudian tumbuh menjadi cikal-bakal kerajaan-kerajaan Islam di Sumatera kelak, disaat melemahnya pengaruh Sriwijaya.
Ada sumber yang menyebutkan, karena pengaruh orang muslim Arab yang banyak berkunjung di Sriwijaya, maka raja Sriwijaya yang bernama Sri Indrawarman masuk Islam pada tahun 718. Sehingga sangat dimungkinkan kehidupan sosial Sriwijaya adalah masyarakat sosial yang di dalamnya terdapat masyarakat Budha dan Muslim sekaligus. Tercatat beberapa kali raja Sriwijaya berkirim surat ke khalifah Islam di Suriah. Pada salah satu naskah surat yang ditujukan kepada khalifah Umar bin Abdul Aziz (717-720M) berisi permintaan agar khalifah sudi mengirimkan da’i ke istana Sriwijaya.
4. Perdagangan
Di dunia perdagangan, Sriwijaya menjadi pengendali jalur perdagangan antara India dan Tiongkok, yakni dengan penguasaan atas selat Malaka dan selat Sunda. Orang Arab mencatat bahwa Sriwijaya memiliki aneka komoditi seperti kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, pala, kepulaga, gading, emas, dan timah yang membuat raja Sriwijaya sekaya raja-raja di India. Kekayaan yang melimpah ini telah memungkinkan Sriwijaya membeli kesetiaan dari vassal-vassalnya di seluruh Asia Tenggara.
Pada paruh pertama abad ke-10, diantara kejatuhan dinasti Tang dan naiknya dinasti Song, perdagangan dengan luar negeri cukup marak, terutama Fujian, kerajaan Min dan negeri kaya Guangdong, kerajaan Nan Han. Tak diragukan lagi Sriwijaya mendapatkan keuntungan dari perdagangan ini.
5. Relasi dengan kekuatan regional
Untuk memperkuat posisinya atas penguasaan pada kawasan di Asia Tenggara, Sriwijaya menjalin hubungan diplomasi dengan kekaisaran China, dan secara teratur mengantarkan utusan beserta upeti.
Pada masa awal kerajaan Khmer merupakan daerah jajahan Sriwijaya. Banyak sejarawan mengklaim bahwa Chaiya, di propinsi Surat Thani, Thailand Selatan, sebagai ibu kota kerajaan tersebut, pengaruh Sriwijaya nampak pada bangunan pagoda Borom That yang bergaya Sriwijaya. Setelah kejatuhan Sriwijaya, Chaiya terbagi menjadi tiga kota yakni (Mueang) Chaiya, Thatong (Kanchanadit), dan Khirirat Nikhom.
Sriwijaya juga berhubungan dekat dengan kerajaan Pala di Benggala, pada prasasti Nalanda berangka 860 mencatat bahwa raja Balaputradewa mendedikasikan sebuah biara kepada Universitas Nalanda. Relasi dengan dinasti Chola di selatan India juga cukup baik, dari prasasti Leiden disebutkan raja Sriwijaya telah membangun sebuah vihara yang dinamakan dengan Vihara Culamanivarmma, namun menjadi buruk setelah Rajendra Chola I naik tahta yang melakukan penyerangan di abad ke-11. Kemudian hubungan ini kembali membaik pada masa Kulothunga Chola I, di mana raja Sriwijaya di Kadaram mengirimkan utusan yang meminta dikeluarkannya pengumuman pembebasan cukai pada kawasan sekitar Vihara Culamanivarmma tersebut. Namun demikian pada masa ini Sriwijaya dianggap telah menjadi bahagian dari dinasti Chola, dari kronik Tiongkok menyebutkan bahwa Kulothunga Chola I (Ti-hua-ka-lo) sebagai raja San-fo-ts’i membantu perbaikan candi dekat Kanton pada tahun 1079, pada masa dinasti Song candi ini disebut dengan nama Tien Ching Kuan dan pada masa dinasti Yuan disebut dengan nama Yuan Miau Kwan.
6. Masa keemasan
Kemaharajaan Sriwijaya bercirikan kerajaan maritim, mengandalkan hegemoni pada kekuatan armada lautnya dalam menguasai alur pelayaran, jalur perdagangan, menguasai dan membangun beberapa kawasan strategis sebagai pangkalan armadanya dalam mengawasi, melindungi kapal-kapal dagang, memungut cukai serta untuk menjaga wilayah kedaulatan dan kekuasaanya.
Dari catatan sejarah dan bukti arkeologi, pada abad ke-9 Sriwijaya telah melakukan kolonisasi di hampir seluruh kerajaan-kerajaan Asia Tenggara, antara lain: Sumatera, Jawa, Semenanjung Malaya, Thailand, Kamboja, Vietnam, dan Filipina. Dominasi atas Selat Malaka dan Selat Sunda, menjadikan Sriwijaya sebagai pengendali rute perdagangan rempah dan perdagangan lokal yang mengenakan biaya atas setiap kapal yang lewat. Sriwijaya mengakumulasi kekayaannya sebagai pelabuhan dan gudang perdagangan yang melayani pasar Tiongkok, dan India.
Sriwijaya juga disebut berperan dalam menghancurkan kerajaan Medang di Jawa, dalam prasasti Pucangan disebutkan sebuah peristiwa Mahapralaya yaitu peristiwa hancurnya istana Medang di Jawa Timur, di mana Haji Wurawari dari Lwaram yang kemungkinan merupakan raja bawahan Sriwijaya, pada tahun 1006 atau 1016 menyerang dan menyebabkan terbunuhnya raja Medang terakhir Dharmawangsa Teguh.
7. Penurunan
Tahun 1017 dan 1025, Rajendra Chola I, raja dari dinasti Chola di Koromandel, India selatan, mengirim ekspedisi laut untuk menyerang Sriwijya, berdasarkan prasasti Tanjore bertarikh 1030, kerajaan Chola telah menaklukan daerah-daerah koloni Sriwijaya, sekaligus berhasil menawan raja Sriwijaya yang berkuasa waktu itu. Selama beberapa dekade berikutnya seluruh imperium Sriwijaya telah berada dalam pengaruh dinasti Chola. Meskipun demikian Rajendra Chola I tetap memberikan peluang kepada raja-raja yang ditaklukannya untuk tetap berkuasa selama tetap tunduk kepadanya. Hal ini dapat dikaitkan dengan adanya berita utusan San-fo-ts’i ke Cina tahun 1028.
Antara tahun 1079 – 1088, kronik Tionghoa mencatat bahwa San-fo-ts’i masih mengirimkan utusan dari Jambi dan Palembang. Dalam berita Cina yang berjudul Sung Hui Yao disebutkan bahwa kerajaan San-fo-tsi pada tahun 1082 mengirimkan utusan pada masa Cina di bawah pemerintahan Kaisar Yuan Fong. Duta besar tersebut menyampaikan surat dari raja Kien-pi bawahan San-fo-tsi, yang merupakan surat dari putri raja yang diserahi urusan negara San-fo-tsi, serta menyerahkan pula 227 tahil perhiasan, rumbia, dan 13 potong pakaian. Kemudian juga mengirimankan utusan berikutnya di tahun 1088. Namun akibat invasi Rajendra Chola I, hegemoni Sriwijaya atas raja-raja bawahannya melemah, beberapa daerah taklukan melepaskan diri, sampai muncul Dharmasraya sebagai kekuatan baru yang kemudian menguasai kembali wilayah jajahan Sriwijaya mulai dari kawasan Semenanjung Malaya, Sumatera, sampai Jawa bagian barat.
Berdasarkan sumber Tiongkok pada buku Chu-fan-chi yang ditulis pada tahun 1178, Chou-Ju-Kua menerangkan bahwa di kepulauan Asia Tenggara terdapat dua kerajaan yang sangat kuat dan kaya, yakni San-fo-ts’i dan Cho-po (Jawa). Di Jawa dia menemukan bahwa rakyatnya memeluk agama Budha dan Hindu, sedangkan rakyat San-fo-ts’i memeluk Budha, dan memiliki 15 daerah bawahan yang meliputi; Si-lan (Kamboja), Tan-ma-ling (Tambralingga, Ligor, selatan Thailand), Kia-lo-hi (Grahi, Chaiya sekarang, selatan Thailand), Ling-ya-si-kia (Langkasuka), Kilantan (Kelantan), Pong-fong (Pahang), Tong-ya-nong (Terengganu), Fo-lo-an (muara sungai Dungun daerah Terengganu sekarang), Ji-lo-t’ing (Cherating, pantai timur semenanjung malaya), Ts’ien-mai (Semawe, pantai timur semenanjung malaya), Pa-t’a (Sungai Paka, pantai timur Semenanjung Malaya), Lan-wu-li (Lamuri di Aceh), Pa-lin-fong (Palembang), Kien-pi (Jambi), dan Sin-t’o (Sunda).
Namun demikian, istilah San-fo-tsi terutama pada tahun 1178 tidak lagi identik dengan Sriwijaya, melainkan telah identik dengan Dharmasraya, dari daftar 15 negeri bawahan San-fo-tsi tersebut merupakan daftar jajahan kerajaan Dharmasraya, walaupun sumber Tiongkok tetap menyebut San-fo-tsi sebagai kerajaan yang berada di kawasan laut Cina Selatan. Hal ini karena dalam Pararaton telah menyebutkan Malayu, disebutkan Kertanagara raja Singhasari mengirim sebuah ekspedisi Pamalayu atau Pamalayu, dan kemudian menghadiahkan Arca Amoghapasa kepada raja Melayu, Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa di Dharmasraya sebagaimana yang tertulis pada prasasti Padang Roco. Peristiwa ini kemudian dikaitkan dengan manuskrip yang terdapat pada prasasti Grahi. Begitu juga dalam Nagarakretagama, yang menguraikan tentang daerah jajahan Majapahit juga sudah tidak menyebutkan lagi nama Sriwijaya untuk kawasan yang sebelumnya merupakan kawasan Sriwijaya.
8. Struktur pemerintahan
Pembentukan satu negara kesatuan dalam dimensi struktur otoritas politik Sriwijaya, dapat dilacak dari beberapa prasasti yang mengandung informasi penting tentang kadātuan, vanua, samaryyāda, mandala dan bhūmi.
Kadātuan dapat bermakna kawasan dātu, (tnah rumah) tempat tinggal bini hāji, tempat disimpan mas dan hasil cukai (drawy) sebagai kawasan yang mesti dijaga. Kadātuan ini dikelilingi oleh vanua, yang dapat dianggap sebagai kawasan kota dari Sriwijaya yang didalamnya terdapat vihara untuk tempat beribadah bagi masyarakatnya. Kadātuan dan vanua ini merupakan satu kawasan inti bagi Sriwijaya itu sendiri. Menurut Casparis, samaryyāda merupakan kawasan yang berbatasan dengan vanua, yang terhubung dengan jalan khusus (samaryyāda-patha) yang dapat bermaksud kawasan pedalaman. Sedangkan mandala merupakan suatu kawasan otonom dari bhūmi yang berada dalam pengaruh kekuasaan kadātuan Sriwijaya.
Penguasa Sriwijaya disebut dengan Dapunta Hyang atau Maharaja, dan dalam lingkaran raja terdapat secara berurutan yuvarāja (putra mahkota), pratiyuvarāja (putra mahkota kedua) dan rājakumāra (pewaris berikutnya). Prasasti Telaga Batu banyak menyebutkan berbagai jabatan dalam struktur pemerintahan kerajaan pada masa Sriwijaya.
9. Warisan sejarah
Meskipun Sriwijaya hanya menyisakan sedikit peninggalan arkeologi dan terlupakan dari ingatan masyarakat pendukungnya, penemuan kembali kemaharajaan bahari ini oleh Coedès pada tahun 1920-an telah membangkitkan kesadaran bahwa suatu bentuk persatuan politik raya, berupa kemaharajaan yang terdiri atas persekutuan kerajaan-kerajaan bahari, pernah bangkit, tumbuh, dan berjaya di masa lalu.
Di samping Majapahit, kaum nasionalis Indonesia juga mengagungkan Sriwijaya sebagai sumber kebanggaan dan bukti kejayaan masa lampau Indonesia. Kegemilangan Sriwijaya telah menjadi sumber kebanggaan nasional dan identitas daerah, khususnya bagi penduduk kota Palembang, provinsi Sumatera Selatan. Bagi penduduk Palembang, keluhuran Sriwijaya telah menjadi inspirasi seni budaya, seperti lagu dan tarian tradisional Gending Sriwijaya. Hal yang sama juga berlaku bagi masyarakat selatan Thailand yang menciptakan kembali tarian Sevichai (Sriwijaya) yang berdasarkan pada keanggunan seni budaya Sriwijaya.
Di Indonesia, nama Sriwijaya telah digunakan dan diabadikan sebagai nama jalan di berbagai kota, dan nama ini telah melekat dengan kota Palembang dan Sumatera Selatan. Universitas Sriwijaya yang didirikan tahun 1960 di Palembang dinamakan berdasarkan kedatuan Sriwijaya. Demikian pula Kodam II Sriwijaya (unit komando militer), PT Pupuk Sriwijaya (Perusahaan Pupuk di Sumatera Selatan), Sriwijaya Post (Surat kabar harian di Palembang), Sriwijaya TV, Sriwijaya Air (maskapai penerbangan), Stadion Gelora Sriwijaya, dan Sriwijaya Football Club (Klab sepak bola Palembang), semua dinamakan demikian untuk menghormati, memuliakan, dan merayakan kegemilangan kemaharajaan Sriwijaya.
C. KERAJAAN MATARAM KUNO
Kerajaan mataram terletak di jawa tengah dengan daerah pusatnya disebut bhumi mataram. Daerah tersebut dikelilingi olh pegunungan dan gunung-gunung, seperti pegunungan serayu, gunu prau, gunung sindoro, gunung sumbing,gunung ungaran, gunung merbabu, gunung merapi, pegunungan kendang, gunung lawu, gunung sewu, gunung kidul,. Daerah itu juga di aliri banyak sungai, diantaranya sungai bogowonto, sungai progo, sungai elo, dan yang terbesar adalah sungai Begawan solo.
Wilayah tersebut merupakan daerah tertutup, namun subur. Kesuburan tanah itu memudahkan pertambahan penduduk, sehingga peranan kekuatan masyarakat di daerah itu cukup besar dan merupakan kekuatan bagi Negara barat.
Sebelah selatan Bhumi Mataram adalah lautan Indonesia, tetapi laut itu sulit untuk dilayari. Sedangkan pelayaran dan perdagangan lebih banyak dilakukan melalui pantai utara pulau jawa, yang agak jauh dari Bhumi Mataram. Oleh karena itu, mata pencaharian utama rakyatnya adalah pertanian, sementara bidang perdagangan kurang mendapat perhatian.
1. Dinasti Sanjaya
a. Sumber Sejarah
Bukti-bukti berdirinya Dinasti Sanjaya dapat diketahui melalui Prasasti Canggal (daerah Kedu) tahun 732 M, Prasasti Blitung, Kitab Carita Parahyangan
1. Prasasti Canggal 732 M
Prasasti ini dibuat pada masa pemerintahan raja sanjaya yang berhubungan dengan pendirian lingga sebagai lambing dari Dewa Siwa. Sehingga agama yang dianutnya adalah agama hindu.
2. Prasasti Balitung 907 M
Prasasti ini adalah prasasti tembaga yang dikeluarkan oleh raja Diah Balitung. Diah Balitung mengeluarkan prasasti ini sehubungan dengan pemberian hadiah tanah kepada lima orang patihnya di Mantyasih, karena kelima orang patihnya itu telah berjasa besar terhadap kerajaan. Dalam prasasti itu disebutkan nama raja yang pernah memerintah pada Kerajaan Mataram dan Dinasti Sanjaya
b. Kehidupan Politik
Kerajaan mataram diperintahkan oleh raja-raja keturunan dari Dinasti Sanjaya. Raja-raja yang pernah berjasa di Kerjaan Mataram diantaranya:
1. Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya,
menurut Prasasti Canggal (732 M), raja sanjaya adalah pendiri kerajaan mataram dari Dinasti Sanjaya. Raja Sanjaya memerintah dengan sangat adil dan bijaksana, sehingga rakyatnya terjamin aman dan tentram.
2. Sri Maharaja Rakai Kayu Wangi.
Dalam menyatukan pemerintahannya, Rakai Kayuwangi dibantu oleh suatu Dewan Penasehat merangkap sikap pelaksana yang terdiri atas lima orang patih dan diketuai oleh seorang mahapatih. Disamping itu, Rakai kayuwangi berusaha keras untuk memajukan pertanian, karena pertanian dapat menunjang aktivitas kehidupan perekonomian rakyatnya. Dalam bidang keagaaman, perhatian raja sangat besar. Hal ini dibuktikan dari prasasti yang di temukan didaerah dieng dan plason
3. Sri Maha Raja Watuhumalang.
Masa pemerintahan Rakai Watuhumalang tidak dapat diketahui dengan jelas, karena prasasti-prasasti yang di temukan tidak dapat menyebutkan masa pemerintahannya. Prasasti-prasasti tersebut lebih banyak membicarakan masalah-masalah keagamaan. Oleh karena itu, pada masa pemerintahan Rakai Watuhumalang, masalah keagamaan mendapat perhatian lebih khusus daripada masalah pemerintahan.
4. Sri Maharaja Watukura Diah Balitung
Raja Diah Balitung adalah seorang raja Mataram yang besar dan cakap. Ia berhasil mengatasi masalah yang dihadapi kerajaan mataram dan mempersatukan kembali kerajaan-kerajaan yang hamper terpecah belah akibat pertentangan antarkaum bangsawan. Kesejahtraan rakyak meningkat dan keamanan terjamin, bahkan daerah kekuasaanya meluas hingga kejawa timur. Diah Balitung memerintah mataram sampai tahun 910 M. Masa pemerintahanya banyak meninggalkan prasasti. Prasasti terpenting adalah prasasti Mantyasih (Kedu) yang berisi tentang sisilah raja-raja mataram dari Raja sanjaya sampai dengan Raja Diah Balitung.
Pada masa pemerintahanya dikenal tiga jabatan penting, yaitu Rakryan I Hino ( penjabat tertinggi dibawah raja). Selanjutannya Rakryan I Halu dan Rakryan I Sirikan. Ketiga jabatan ini merupakan tritunggal dan nama jabatan ini terus dipakai oleh kerajaan-kerajaan berikutnya pada zaman Singaraja Majapahit. Sri Maharaja Daksa pengganti Diah Belitung adalah Daksa. Sebelum menjadi Raja Mataram ia menjabat sebagai Rakryan I Hino. Pada masa pemerintahannya, raja, pembuatan candi prambanan berhasil diselesaikan. Masa pemerintahan Raja Daksa tidak berlangsung lama dan digantikan oleh Tulodhong. Masa pemerintahan Tulodhong sangat singkat dan tidak terjadi hal-hal yang menonjong atau penting.
5. Sri Maharaja Rakai Wawa
Penggantinya Raja Tulodhong adalah Rakai Wawa. Dalam menjalankan pemerintahannya ia dibantu oleh Mpu Sendok yang menjabat sebagai Rakryan I Hino. Pada masa pemerintahanya terjadi kekacauan yang menjalas sampai keibu kota kerajaan. Kekacuan itu dapat diatasai, sehinnga keamanan dapat dipulihkan kembali.
Setelah Rakai Wawa meninngal, ia digantikan oleh Mpu Sendok. Namun, rasa khawatir terhadap serangan-serangan yang dilancarkan oleh Sriwijaya, maka Mpu Sendok memindahkan pusat pemerintahanya, dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Sejak itu, berakhirlah kekuasaan Kerajaan Mataram Di jawa Tengah.
c. Kehidun Ekonomi
Secara ilmiah, alam Bhumi Mataram tertutup dari dunia luar sehinnga sulit berkembang. Selain itu sungai-sungai tidak dapat dipergunkan sebagai sarana tranfortasi seperti di daerah-daerah lain. Dengan keadaan alam seperti ini, rakyat Kerajaan Mataram tiding dapat mengembangankan aktivitas perekonomiannya dengan pesat.
Pada masa pemerintahan kayuwangi, berkembang usaha-usaha untuk memajukan pertnian. Sementara pada masa pemerintahan Raja Balitung, kehidupan perekonomian mulai berkembang. Raja memerintahkan pembangunan pusat-pusat perdagaan seperti yang disebutkan dalam Prasasti Purworejo (tahun 900 M). Pada prasasti Wonogiri (903M) diterangkan bahwa desa-desa yang terletak dikanan sungai Bengawan Solo dibebaskan dari pajak dengan catatan. Penduuk desa itu harus menjamin kelancaran hubungan lalu lintas melalui sungai tersebut. Kejadian itu menunjukan bahwa raja Balitung sudah berusaha menjamin soal pengangkutan.
d. Kehidupan Kebudayaan
Keturunan Raja Sanjaya tetap beragama Hindu dengan daerah kekuasaan meliputi Jawa Tengah bagian utara. Mereka mendirikan candi-candi hindu didataran tinggi Dieng dengan masa pembangunannya berkisar tahun778-850 M. Anehnya, nama-nam candi diambil dari nam tokoh-tokoh dalam cerita Mahabharat, seperti candi Bima, Candi Arjuna, dan Candi Nakula.
Berkat kecakapan dan keuletan Rakai pikatan, semangat kebudayaan Hindu dapat dihidupkan kembali. Kekuasaanya semakin luas meliputi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pada zama Rakai Pikatan dibangu candi-candi Hindu yang lebih besar, seperti candi Prambanan (candi Loro Jonggrang). Pembangunan candi Prambanan diteruskan oleh penggantinya dan selesai pada masa pemerintahan Raja daksa sekitar tahun 915 M. candi-candi lin diantarany Candi Sambisari, Candi Ratu Baka, dan Candi Gedong Songo.
2, Dinasti Syailendra
Pada pertengahan abad ke-8 M dijawa tengah bagian selatan yaitu, didaerah Bagelan dan Yogyakarta, memerintah seorang raja dari Dinasti Syailendra. Kerajaanya juga dikenal dengan Kerajaan Syailendra. Berdasarkan bukti-bukti peninggalan kerajaan Syailendra yang berupa candi-candi, wilayah kekusaan Syailendra meliputi Wilayah Jawa Tengah bagian selatan, yaitu wilayah Yogyakarta dan sekitarnya
a. Sumber Sejarah
Sumber sejarah bagian Kerajaan Syailendra tidak begitu banyak yang berhasil diketahu, baik berup prasasti maupun peninggalan-peninggalan arkeologi. Prasasti-prasasti yang berhasil ditemukan diantaranya sebagai berikut:
1. Prasasti Kalasan 778 M
Prasasti ini menyebutkan tentang seorang raja dari Dinasti Syailendra (kerajaan Syailendra) yang berhasil menunjuk Rakai Panangkaran untuk mendirikan sebuah bangunan suci bagi Dewi Tara dan sebuah bihara untuk para pendeta.
2. Prasasti Kelurak 728 M
Prasasti ini menyebutkan membuat arca Mansjuri yang merupkan perwujudan Sang Buddha, Wisnu, dan Sanggha. Yang dapat disamakan dengan Brahma,Wisnu, Siwa. Prasasti ini menyebutkan raja yang memerintah saat itu bernama raja Indra.
3. Prasasti Ratu Boko 856 M
Prasasti ini menyebutkn kekalahan raja Balaputra Dewa dalam perang saudara melawan kakaknya Pramodhawardani dan slanjutnya melarikan diri ke Sriwijaya
4. Prasasti Nalanda 860 M
Prasasti ini menyebutkan tentang asal usul Raja Balaputra Dewa disebutkan bahwa Balaputra Dewa adalah putra dari Raja Smarotungga dan cucu dari Raja Indra (Kerajaan Syailendra dijawa tengah).
b. Kehidupan Politik
Pada akhir abad ke-8 M, Dinasti Sanjaya terdesak oleh dinasti lain, yaitu dinasti Syailendra. Peristiwa ini terjadi ketik Dinasti Sanjaya diperintah oleh Rakai Panangkaran. Hal itu dibuktikan melalui Prasasti Kalasan ( tahun 778 M) yang menyebutkan bahwa Rakai Panangkaran mendapat perintah dari Raja Wisnu Untuk mendirikan Candi Kalasan (Candi Buddha).
Berdasarkan prasasti yang telah ditemukn dapat diketahui raja-raja yang pernah memerintah Dinasti Syailendra, diantaranya.
a) Raja Bhanu (752-775 M)
b) Raja Wisnu (775-782 M)
c) Raja Indra (782-812 M)
d) Raja Samaratongga (812-833 M)
e) Raja Balaputra Dewa (833-856 M)
f) Raja Pramodhawardani (856 M)
Raja indra Dinasti Syailendra menjalankan politik ekspansi pada masa pemerintahan Raja Indera. Perluasan wilayah ini ditunjukan untuk menguasai daerah-daerah sekitar Selat Malaka. Selanjutnya, yang memperkokoh pengaruh kekuasaan Syailendra terhadap Sriwujaya adalah karena raja Indra menjalankan perkawinan politik. Raja Indra mengawinkan putranya bernama samarottungga denagan putrid Raja Sriwijaya.
Raja Samarottungga pengganti raja indra bernama Samarottungga. Pada zaman kekuasaanya dibangun Candi Borobudur. Namun sebelum pembangunan Candi Borobudur selesai, Raja Samarottungga meninngal dan diganti oleh putranya yang bernama Balaputra Dewa yang merupakan anak dari selir. Akan tetapi yang sebenarnya berhak menggantikanya adalah putrinya yang lahir dari permaisuri yang bernama Pramodhawardani. Dia menolak, karena tidak mungkin sanggup untuk memerintah. Akhirnya tahta kerajaan diserahkan kepada Balaputra adik tirinya.
Setelah Pramodhawardani menikah dengan Rakai Pikatan terjadi berbagai perubahan. Rakai Pikatan mendesak pramodhawardani untuk menarik tahtanya kembali, sehingga terjadilah perang saudara antara pramodhawardani yang di bantu oleh Rakai Pikatan Dengan Balaputra Dewa dalam perang saudara itu Balputra Dewa kalah di Bukit Ratu Boko (prasasti Bukit Ratu Boko tahun 856 M) dan selanjutnya melarikan diri ke Sriwijya, serta langsung diangkat menjadi raja di Sriwijaya
c. Kehidupn Sosial
Kehidupan social kerajaan Syailendra tidak dapat di ketahu secara pasti. Namun, melalui bukti-bukti peninggalan berupa candi-candi, para ahli menafsirkan bahwa kehidupan sosial masyarakat kerajaan syailendra sudah teratur. Hal ini dilihat melalui cara bergotong-royong. Di samping itu, pembuatan candi ini menunjukan betapa rakyat taat dan mengkultuskan rajanya.
d. Kehidupan Budaya
Kekuasaan syailendra meninggalkan banyak bangunan candi yang megah dan besar nilainya, baik dari segi kebudayaan, kehidupan masyarakat dan perkembangan kerajaan. Candi-candi yang terkenal antara lain: Candi Mendut, pawon, Borobudur, kalasan, sari, dan Sewu
D. KERAJAAN KEDIRI
1. kerajaan Medang Kamulan
Kerajaan Medang Kamulan terletak di muara Sungai Brantas, dengan ibukotanya bernama Watan Mas. Kerajaan itu didirikan oleh Mpu Sindok, setelah ia memindahkan pusat pemerintahannya dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Wilayah kekuasaan Kerajaan Medang Kamulan pada masa pemerintahan Mpu sindok mencangkup Nganjuk di sebelah barat, Pasuruan di sebelah timur, surabaya di sebelah utara, dan Malang di sebelah selatan.
a) Sumber Sejarah
Sumber sejarah Kerajaan Medang Kamulan berasal dari berita asing dan prasati-prasasti.
1) Berita Asing
Berita asing tentang keberadaan Kerajaan Medang Kamulan di jawa Timur dapat diketahui melalui berita dari India dan Cina. Berita dari india mengatakan bahwa Kerajaan Sriwijaya menjalin hubungan persahabatan dengan chola untuk membendung dan menghalangi kemajuan Kerajaan Medang Kamulan pada masa pemerintahan Raja Dharmawangsa.
2) Berita prasasti
- Prasasti dari Mpu Sindok, dari Desa Tangeran
- Adanya sebuah candi yang bernama Rakryan Bawang dari daerah Bangil
- sebuah candi yang bernama Jayamrata dan Jayastambho desa Anyok Lodang
- Prasasti Calcuta, prasasti Raja airlangga.
b) Kehidupan Politik
Sejak berdirinya dan berkembangnya Kerajaan Medang Kamulan. Ada beberapa raja yang memerintah antara lain :
1) Raja Mpu sindok dengan gelar Sri Isyanatunggadewa.
2) Raja Dharmawangsa dikenal sebagai salah seorang raja yang memiliki pandangan yang tajam.
3) Raja Airlangga dalam prasasti Calcuta disebutkan bahwa Raja Airlangga masih termasuk keturunan Raja Mpu Sindok.
c) Kehidupan Ekonomi
Raja Mpu Sindok mendirikan kerajaannya di tepi sungai Brantas, dengan tujuan menjadi pusat pelayaran dan perdagangan di daerah jawa timur. Aktivitas perdagangan tidak hanya dijawa timur saja akan tetapi sampai berkembang ke luar wilayah Jawa Timur. Baranga –barang yang diperjual belikan diantaranya bergaam tekstil, barang-barang –barang dari porselin, dan barang-barang yang berasal dari jawa seperti Beras, daging, kayu dan sebagainya.
d) Kehidupan sosial
Kehidupan sosial masyarakat sudah teratur. Masyarakatnya dibedakan berdasarkan pembagian kasta, juga berdasarkan kedudukan seseorang dalam masyarakat, baik kedudukan dalam strruktur birokrasi maupun kekayaan material.
2. Kerajaan Kediri
Pada akhir pemerintahan Raja Airlangga , wilayah kerajaan dibagi menjadi dua kerajaan yaitu, Kerajaan Kediri dengan ibu kota Daha, diperintah oleh Jayawarsa dan kerajaan Jenggala dengan ibu kota Kahuripan , yang diperintah oleh Jayengrana. Dalam perkembangannya kerajaan kediri lebih pesat kemajuannya dibandingkan dengan kerajaan Jenggala.
a) Sumber Sejarah
1) Prasasti
• Prasasti sirah keting
• Prasasti Ngantang
• Prasasti Jaring
• Prasasti Kamulan
2) Berita Asing
Berita asing yang diperoleh sebagian besar berasal dari Cina, yang merupakan kumpulan cerita dari para pedagang Cina yang melakukan kegiatan perdagangan di kerajaan kediri.
b) Aspek Kehidupan Politik
Kejayaan kerajaan Kediri dapat dikatakan jelas terbukti, dimana dengan raja-raja yang pernah memimpinnya antara lain :
Raja Jayawarsa, pada masa`pemerintahannya Rja Jayawarsa memeberikan hadiah kepada rakyat desa sebagai tanda penghargaan, karena rakyat telah berjasa kepada raja.
Raja Bameswara, pada masa pemerintahannya banyak meninggalkan prasasti yang ditemukan di daerah Tulung Agung dan Kertosono.
Raja Jayabaya merupakan raja yang terkemuka dari Kerajaan kediri, karena dibawah pemerintahannya kerajaan Kediri mencapai masa kejayaannya.
Raja Saweswara dan Raja Aryeswara, pada masa pemerintahannya tidak ditemukannya prasasti-prasasti .
Raja Gandra, masa pemerintahannya dapat diketahui dari prasasti Jaring, yaitu tentang penggunaan nama hewan dalam kepangkatan seperti nama Gajah, kebo dan tikus.
Raja Kameswara, dalam masa pemerintahaanya di dalam seni sastra sangat pesat. Diantaranya Empu Dharmaja mengarang Smaradhana.
Raja kerta jaya merupakan raja terakhir dari kerajaan kediri. Raja kertajaya juga dikenal dengan sebutan Dandang Gendis.
c) Kehidupan Sosial
Pada masa kejayaan Kerajaan Kediri, perhatian raja terhadap masyarakatnya semakin besar, itu dibuktikan dengan munculnya kitab-kitab /karangan-karangan yang mencerminkan kehidupan sosial seperti karangan Lubdhaka yang mengandung pelajaran moral, bahwa tinggi rendahnya martabat seseorang tidak ditentukan berdasarkan asal dan kedudukan melainkan berdasarkan tingkah lakunya.
d) Kehidupan Ekonomi
Didalam kehidupan ekonomi menyebutkan tentang kehidupan rakyat Kediri seperti :
• Kediri banyak menghasilkan beras
• Barang-barang dagangan lain yang laku di pasaran pada masa itu adalah emas,perak, daging, kayu cendana, pinang dan lain-lain.
• Letak kerajaan kediri sangat strategis dalam pelayaran perdagangan antara indonesia timur dan indonesia Barat.
• Pajak rakyat terdiri dari hasil bumi seperti beras, kayu dan palawija
e) Kehidupan Budaya
Hasil-hasil sastra pada zaman Kerajaan Kediri di antaranya :
• Krisnayana
• Bharatayuda
• Arjuna Wiwaha
• Hariwangsa
• Bhomakavya
• Smaradhana
• Wrttassancaya dan Lubdhaka.
E. KERAJAAN SINGASARI
Sejarah Kerajaan Singasari berawal dari Kerajaan Tumapel, yang dikuasai oleh seorang akuwu (bupati). Letaknya di daerah pegunungan yang subur di Wilayah Malang dengan pelabuhannya bernama Pasuruan. Di daerah inilah Kerajaan Singasari berkembang dan bahkan menjadi sebuah kerajaan besar di Jawa Timur, terutama setelah berhasil mengalahkan Kerajaan Kediri dalam pertempuran di dekat Ganter pada tahun 1222 SM.
1. Sumber Sejarah
Sumber-sumber sejarah Kerajaan Singasari berasal dari:
a. Kitab Pararaton, menceritakan tentang raja-raja Singasari.
b. Kitab Negarakertagama, berisi silsilah raja-raja Majapahit yang memiliki hubungan erat dengan raja-raja Singasari.
c. Prasasti-prasasti sesudah tahun 1248 M.
d. Berita-berita asing (berita Cina), menyatakan bahwa Kaisar Kubilai Khan (Cina) mengirim pasukannya untuk menyerang Kerajaan Singasari.
e. Peninggalan-peninggalan purbakala berupa bangunan-bangunan candi yang menjadi pendharman raja-raja Singasari seperti, Candi Kidal, Candi Jago, dan Candi Singasari.
2. Kehidupan Politik
Kerajaan Singasari yang pernah mengalami kejayaan dalam perkembangan sejarah Hindu di Indonesia pernah diperintah oleh raja-raja sebagai berikut.
a. Raja Ken Arok
Setelah kemenangannya dalam pertempuran melawan Kerajaan Kediri, Ken Arok memutuskan untuk membuat dinasti serta membangun kerajaan baru dengan nama Kerajaan Singasari. Ken Arok sebagai raja pertama Kerajaan Singasari bergelar Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabhumi dan dinastinya bernama Dinasti Girindrawangsa (Dinasti Keturunan Siwa). Pendirian dinasti ini bertujuan menghilangkan jejak tentang siapa sebenarnya Ken Arok dan mengapa ia berhasil mendirikan kerajaan. Di samping itu, agar keturunan-keturunan Ken Arok (bila suatu saat menjadi raja besar) tidak ternoda oleh prilaku dan tindakan kejahatan yang pernah dilakukan oleh Ken Arok. Raja Ken Arok memerintah pada tahun 1222-1227 M. masa pemerintahan Ken Arok diakhiri secara tragis, saat ia dibunuh oleh kaki tangan Anusapati, yang merupakan anak tirinya (anak Ken Dedes dengan suami pertamanya Tunggul Ametung).
b. Raja Anusapati
Dengan meninggalnya Ken Arok, tahta Kerajaan Singasari langsung dipegang oleh Anusapati. Dalam jangka waktu pemeintahan yang cukup lama itu (1227-1248 M), Anusapati tidak melakukan pembaharuan-pembaharuan, karena Anusapati telah larut dengan kegemarannya sendiri, yaitu menyabung ayam. Peristiwa kematian Ken Arok akhirnya terbongkar dan terdengar oleh kepada putra Ken Arok dengan Ken Umang yang bernama Tohjaya. Tohjaya mengetahui bahwa Anusapati suka menyabung ayam, karena itu Anusapati diundang untuk menyabung ayam di Gedong Jiwa (tempat kediaman Tohjaya). Saat Anusapati sedang asyik melihat aduan ayamnya, secara tiba-tiba Tohjaya mencabut keris Empu Gandring yang dibawa Anusapati hingga ia meninggal.
c. Raja Tohjaya
Dengan meninggalnya Anusapati, tahta kerajaan dipegang oleh Tohjaya. Tohjaya memerintah Kerajaan Singasari hanya beberapa bulan saja (1248 M), karena putra Anusapati yang bernama Ranggawuni mengetahui prihal kematian Anusapati. Ranggawuni yang dibantu oleh Mahesa Cempaka menuntut hak atas tahta kerajaan kepada Tohjaya. Tetapi Tohjaya mengirim pasukannya untuk menangkap Ranggawuni dan Mahesa Cempaka. Rencana Tohjaya telah diketahui oleh Ranggawuni dan Mahesa Cempaka, sehingga keduanya melarikan diri sebelum pasukan Tohjaya menangkap mereka.
Untuk menyelidiki persembunyian Ranggawuni dan Mahesa Cempaka, Tohjaya mengirim pasukan di bawah pimpinan Lembu Ampal. Namun, Lembu Ampal akhirnya menyadari bahwa yang berhak atas tahta kerajaan ternyata Ranggawuni, maka ia berbalik memihak Ranggawuni dan Mahesa Cempaka. Ranggawuni yang dibantu Mahesa Cempaka dan Lembu Ampal berhasil merebut tahta kerajaan dari tangan Tohjaya. Selanjutnya Ranggawuni menduduki tahta Kerajaan Singasari.
d. Raja Wisnuwardhana
Ranggawuni naik tahta atas Kerajaan Singasari dengan gelar Wisnuwardhana dibantu oleh Mahesa Cempaka dengar gelar Narasinghamurti. Mereka memerintah bersama Kerajaan Singasari (1248-1268 M). wisnuwardhana sebagai raja, Narasinghamurti sebagai Ratu Angabhaya. Pemerintahan kedua penguasa tersebut membawa keamanan dan kesejahteraan. Pada tahun 1254 M, Wisnuwardhana mengangkat putranya sebagai Yuvaraja (raja muda) dengan maksud untuk mempersiapkan putranya yang bernama Kertanegara menjadi seorang raja besar di Kerajaan Singasari. Setelah Wisnuwardhana meninggal dunia (dialah satu-satunya raja yang meninggal tidak dibunuh di Kerajaan Singasari), tahta Kerajaan Singasari beralih kepada Kertanegara.
e. Raja Kertanegara
Raja Kertanegara (1268-1292 M) merupakan raja terkemuka dan raja terakhir dari Kerajaan Singasari. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Singasari mencapai masa kejayaannya. Stabilitas kerajaan yang diwujudkan pada masa pemerintahan Raja Wisnuwardhana disempurnakan lagi dengan tindakan-tindakan yang tegas dan berani. Setelah keadaan Jawa Timur dianggap baik, Raja Kertanegara melangkah ke luar Jawa Timur untuk mewujudkan cita-cita persatuan seluruh Nusantara di bawah panji Kerajaan Singasari.
Untuk mencapai cita-cita, Raja Kertanegara menempuh cara-cara sebagai berikut:
a) Melaksanakan Ekspedisi Pamalayu (1275 dan 1286 M) untuk menguasai Kerajaan Melayu serta melemahkan posisi Kerajaan Sriwijaya di Selat Malaka.
b) Menguasai Bali (1284 M).
c) Menguasai Jawa Barat (1289 M).
d) Menguasai Pahang (Malaya) dan Tanjung Pura (Kalimantan).
Garis Pahang-Tanjung Pura mempunyai tiga fungsi. Pertama, untuk menguasai lalu lintas pelayaran perdagangan di Laut Cina Selatan. Kedua, untuk pertahanan terdepan dalam menghadapi serangan Cina-Mongol. Ketiga, untuk mengepung wilayah kekuasaan Sriwijaya.
Di samping itu Raja Kertanegara menjalin persekutuan dengan Kerajaan Campa melalui pernikahan adik Raja Kertanegara yang bernama Tapasi dengan Raja Campa. Walaupun menempuh segala upaya, pasukan Cina-Mongol berhasil menerobos pertahanan Kerajaan Singasari dan mendarat di Pulau Jawa. Akan tetapi sebelum pasukan Cina-Mongol tiba, Raja Kertanegara telah meninggal akibat serangan Raja Jayakatwang dari Kerajaan Kediri.
3. Kehidupan Sosial
Ketika Ken Arok menjadi Akuwu di Tumapel, ia berusaha meningkatkan kehidupan masyarakatnya. Terjaminya kehidupan social masyarakat Tumapel mengakibatnya bergabungnya daerah-daerah yang berada di sekitar daerah Tumapel. Keadaan seperti ini mengakibatkan kaum Brahmana Kediri yang menentang Raja Kertajaya melarikan diri ke Tumapel dan meminta perlindungan Ken Arok. Perhatian Ken Arok terhadap rakyatnya sangat besar, sehingga mereka dapat hidup dengan aman dan sejahtera.
Namun, setelah pemerintahan Anusapati, kehidupan masyarakat kurang mendapat perhatian. Barulah pada masa pemerintahan Wisnuwardhana, kehidupan masyarakat Singasari mulai teratur rapi. Hak-hak rakyat dipulihkan kembali. Rakyat dapat hidup tentram dan damai. Keadaan tersebut juga terjadi pada masa pemerintahan Raja Kertanegara. Raja Kertanegara berusaha untuk menstabilkan keadaan di dalam negeri Kerajaan Singasari dengan meningkatkan taraf kehidupan masyarakatnya, sebelum melancarkan politik luar negerinya untuk mencapai cita-cita persatuan Nusantara.
4. Kehidupan Ekonomi
Kehidupan ekonomi, Kerajaan Singasari tidak diketahui secara jelas. Akan tetapi mengingat Kerajaan Singasari berpusat di tepi Sungai Brantas (Jawa Timur), kemungkinan masalah perekonomian tidak jauh berbeda dari kerajaan-kerajaan terdahulunya, yaitu secara langsung maupun tidak langsung rakyatnya ikut ambil bagian dalam dunia pelayaran. Keadaan ini juga didukung oleh hasil-hasil bumi yang sangat besar dari rakyat Jawa Timur.
Raja Kertanegara berusaha untuk menguasai jalur perdagangan di Selat Malaka. Panguasaan jalur pelayaran perdagangan atas Selat Malaka itu, bertujuan untuk membangun dan mengembangkan aktivitas perekonomian kerajaannya. Dengan kata lain, Raja Kertanegara berusaha menarik perhatian para pedagang untuk melakukan kegiatannya di wilayah Kerajaan Singasari.
5. Kehidupan Budaya
Gambaran perkembangan kebudayaan sejak berdirinya Kerajaan Singasari terlihat dari ditemukannya peninggalan berupa candi-candi dan patung yang dibangun dari zaman kekuasaan Kerajaan Singasari, di antaranya Candi Kidal, Candi Jago dan Candi Singasari. Sedangkan patung-patung yang berhasil ditemukan adalah patung Ken Dedes sebagai Dewi Prajnaparamita lambang kesempurnaan ilmu, patung Kertanegara dalam bentuk patung Joko Dolok yang ditemukan dekat Surabaya, dan patung Amoghapasa juga perwujudan Raja Kertanegara yang dikirim ke Dharmacraya ibu kota Kerajaan Melayu (patung Amoghapasa dapat dilihat di Museum Nasional atau Museum Gajah Jakarta). Kedua perwujudan patung Raja Kertanegara, baik patung Joko Dolok maupun patung Amoghapasa menyatakan bahwa Raja Kertanegara menganut agama Buddha beraliran Tantrayana (Tantriisme)
F. KERAJAAN BALI DAN PAJAJARAN
1. Kerajaan Bali
a. Lokasi Kerajaan
kerajaan bali terletak disebuah pulau kecil yang tidak jauh dari Jawa Timur. Dalam perkembangan sejarahnya,bali mempunyai hubungan erat dengan Pulau Jawa karena letak kedua pulau ini berdekatan. Bahkan ketika Raja Majapahit runtuh, banyak rakyat Majapahit yang melarikan diri dan menetap disana. Sampai sekarang ada kepercayaan bahwa sebagian dari masyarkatnya Bali dianggap Pewaris tradisi Majapahit.
b. sumber sejarah
sumber-sumber tentang kerajaan Bali dapat diketahui melalui beberapa sumber, seperti sumber-sumber berita dari Kerajaan Bali dan juga bangunan-bangunan candi.
a) Prasasti sanur (839 c/917) merupakan salah satu prasasti yang ditemukan oleh para ahli. Prasasti ini menunjukkan bahwa adanya kekuasaan raja-raja dari wangsa atau dinasti warmadewa.
b) Prasasti Calcuta, india (1042 M) dalam prasasti ini disebutkan tentang asal-usul Raja airlangga, yaitu dari keturunan raja-raja bali, dinasti warmadewa. Raja airlangga terlahir dari pernikahan raja udayana dengan Mahendradata.
c) Bangunan candi, candi gunung kawi merupakan makam dari raja-raja bali yang dibangun pada saat pemerintahan Raja Anak Wungsu.
c. Kehidupan Politik
Mengingat kurangnya sumber-sumber atau bukti-bukti dari kerajaan bali, maka sistem dan bentuk pemerintahan raja-raja Bali Kuno tidak dapat diketahui dengan jelas. Raja-raja Bali Kuno yang pernah berkuasa di antaranya :
Raja Sri Kesari Warmadewa, merupakan raja pertama dan pendiri dinasti Warmadewa. Pemerintah-Raja Sri Kesari Warmadewa mempunyai istana di Singhadwala berhasil diketahui dari prasasti Sanur(835 C/913 M). Dalam prasasti itu disebutkan bahwa Raja Sri Kesari Warmadewa berhasil mengalahkan musuh-musuhnya di daerah pedalaman.
Raja Ugrasena (915-942 M) memerintah Kerajaan Bali menggantikan Raja Sri Kesari Warmadewa. Pusat pemerintahannya terletak di Singhadwala. Masa pesemerintahan Raja Ugrasena meninggalkan 9 buah prasasti yang berisi tentang pembebasan pajak terhadap daerah-daerah tertentu. Selain itu, terdapat prasasti yang memebritakan tentang pembangunan tempat-tempat suci. Sistem dan bentuk pemerintahan pada masa itu sudah teratur, terutama tentang pemberian tugas kepada pejabat-pejabat istana.
Raja Tabanendra Warmadewa menjadi raja Bali menggantikan Raja Ugrasena. Ia memerintah bersama permaisurinya yang bernama Sang Ratu Luhur Subhadrika Dharadewi. Masa pemerintahannya tidak diketahui, sebab kurangnya berita –berita dari prasasti yang menyangkut pemerintahan dari raja tersebut.
Raja Jayasingha Warmadewa sistem pemerintahan dan keadaan kerajaan masa kepemimpinannya tidak dapat diketahui secara pasti.
Raja Jasadhu Warmadewa Pengganti Raja Tabanendra Warmadewa adalah raja Jayasingha Warmadewa. Masa pemerintahan raja ini pun tidak berhasil diketahui dengan pasti.
Sri Maharaja Sri Wijaya Mahadewi Pada tahun 983 M, kerajaan bali diperintah oleh seorang raja putri yang bernama Sri Maharaja Sri Wijaya Mahadewi. Tetapi asal usul putri ini tidak pernah diketahui dengan jelas. Namun , ada beberapa ahli menafsirkan bahwa ia adalah putri raja Mpu Sindok (dinasti Isyana).
Dharma Udayana Warmadewa setelah masa pemerintahan Sri Maharaja Sri Mahadewi, kerajaan bali diperintah oleh dharma udayana warmadewa ( 989-1022 M) dan permaisurinya bernama Mahendrata, masih keturunan Mpu Sindok. Pada masa pemerintahannya , hubungan kerajaan bali dengan kerajaan-kerajaan di jawa Timur berjalan baik. Pada masa inilah penulisan prasasti-prasasti dengan menggunakan huruf dan bahasa Jawa Kuno dimulai.
Raja Marakta, dengan meninggalnya Raja Udayana , maka kerajaan bali diperintah oleh putranya yang kedua, yaitu raja marakta. Namun, ia memerintah tidak terlalu lama dan tahun 1025 M meninggal dunia. Sistem dan bentuk pmerintahannya tidak dapat diketahui dengan jelas.
Raja Anak Wungsu, melalui berita-berita dari prasasti –prasasti dapat diketahui bahwa Raja Anak Wungsu (1049-1077 M ) adalah raja bali yang berhasil mempersatukan seluruh wilayah bali. Pada masa pemerintahannya, kehidupan rakyat aman dan sejahtera. Rakyat hidup dari bercocok tanam dan bertenak. Disamping itu sudah terdapat kelompok-kelompok pekerja di dalam masyarakat sebagai berikut :
a) Pandai besi ,emas dan tembaga
b) Tukang kayu,batu,bangunanrumah dan lain sebagainya.
c) Golongan saudagar dan pedagang
Raja Jaya Sakti, pemerintahannya tidak begitu jelas diketahui, karena kurangnya prasasti-prasasti yang menunjukkan keberadaan sistem pemerintahan.
Raja Bedahulu, raja bali kuno yang terakhir memeirntah tahun 1343 Madalah Sri Astasura Ratna Bhumi Banten yang lebih dikenal dnegan sebutan Rja Bedahulu. Dalam menjalankan pemerintahannya, raja bedahulu dibantu oleh dua orang patihnya yang bernama Kebo Iwa dan Pasunggrigis. Ketika dilancarkan ekspedisi majapahit di bawah pimpinan Gajah Mada ke bali, kerajaan bali tidak dapat bertahan lagi dan akhirnya menjadi bagian kekuasaan Kerajaan Majapahit.
d. Kehidupan Sosial
Triwangsa ketika bali ke tangan Majapahit, sistem kehidupan sosial di bali dari bangsawan Jawa dan para pembesar kerajaan. Sedangkan rakyat bali dianggap sebagai rakyat jajahan yang tidak mempunyai kekuatan apa-apa. Setelah datangnya Dang Hyang Nirartha, diadakan perubahan pembagian golongan secara tegas. Keempat putra menduduki tempat tertimggi yang disebut dengan kasta brahmana diantaranya, Kamenuh, kaniten,manuabadan mas.tempat kedua untuk keluarga yang memerintah disebut kasta Ksatria dan tempat ketiga disebut waisya. Ketiga golongan ini dikenal dengan triwangsa yang semuanya berasal dari jawa.
Anak jaba, disamping itu terdapat pula istilah Jero dan jaba yang membedakan golongan orang-orang yang berada didalam atau diluar puri. Istilah anak jaba berasal dari orang yang tidak memegang pemerintahan, tetapi tidak dapat disamakan dengan sudra di india. Di india sendir orang sudra berasal dari bangsa dravida, berbeda dengan orang arya yang berasal dari bangsa ondo-german. Sedangkan orang-orang yang mendiami kepulauan indonesia,termasuk bali, berasal dari dari satu nenek moyang. Demikian pula halnya dengan triwangsa dan anak jabanya hanyalah berbeda dalam tugasdan fungsi. Akan tetapi, karena kesalahpahaman terutama saat penduduk inggris di indonesia, yang menyamakan keadaan sosial di bali dengan keadaan sosial di india , timbul anggapan adanya empat kasta yaitu, Brahmana, ksatria,waisya,dan sudra. Jaba meliputi tugas yang berbeda dalam keagamaan. Dalam perkembangan sekanjutnya, sistem sosial di bali lebih dipertajam dengan digunakannya titel-titel dalam pemkaian nama seperti : ida bagus,cokorda, anak agung dan sebagainya. Sedangkan wayan,nengah,nyoman,nade, dan ketut adalah sebagai keturunan kelahiran yang dipakai oleh semua golongan.
Wong Majapahit setelah runtuhnya Kerajaan Majapahit dan pulau Jawa yang dikuasai oleh islam, maka sebagian penduduk Majapahit yang tidak mau menerima islam menyingkir ke arah bali.mereka menyebut dirinya Wong Majapahit atau Bali Majapahit. Penduduk asli bali menyingkir ke daerah pedalaman seperti di truyan dan di tenganan.
e. Kehidupan Ekonomi
Kegiatan ekonomi masyarakat bali dari hasil pertanian. Jeni-jenis tanaman yang dapat diperdagangkan antara lain padi,hano (enau),tals(talas,keladi), nyuh(kelapa),pucang(pinang), biyu(pisang),kapas dan sarwa biji (padi-padian).selain bercocok tanam rakyat juga memelihara binatang peliharaan seperti sapi , kambing, babi,anjing,ayam,judadan kerbau.
f. Kehidupan Budaya
Ada prasasti-prasasti sebelum pemerintahan raja anak wungsu, telah disebut beberapa jenis seni yang ada pada waktu itu. Tetapi baru pada zaman raja anak wungsu , kita dapat membedakan jenis seni kedalam dua kelompok besar,yaitu seni keraton dan seni seni rakyat yang biasanya berkeliling menghibur rakyat. Adanya istilah seni keraton tidak berarti bahwa seni ini tertutup bagi rakyat. Terkadang seni keraton dipertunjukkan kepada masyarakat didesa-desa. Dalam prasasti julah yang berangka tahun 987 M yang menyebutkan adanya rombongan seni baikI haji (untuk raja) maupun ambaran (keleiling)yang datang ke desa julah. Sangat sulit untuk mengetahui berapa jumlah pemain, namun demikian mereka mendapat imbalan upah untuk kemampuan seni.
2. Kerajaan Pajajaran
Kerajaan pajajaran terletak di wilayah jawa barat, namunhingga kini pusat pemerintahannya tidak pernah diketahui dengan jelas. Keberadaanya dapat diketahui melalui sumber-sumber sejarah.
a. Sumber Sejarah
Sumber sejarh yang dapat diketahui melaui sumber-sumber prasasti maupun kitab-kitab cerita seperti :
a) Prasasti Rakryan Pangambat (923 M) prasasti ini ditemukan dibogor dengan menggunakan bahasa jawa kuno bercampur dengan bahasa melayu. Prasasti ini memuat pengembalian kekuasaan raja pajajaran
b) Prasasti Horen prasasti ini menyebutkan bahwa penduduk dikampung Horen sering tidak merasa aman karena adanya gangguan –gangguan musuh dari arah barat. Musuh yang dimaksud kemungkinan Kerajaan Pajajaran.
c) Prasasti Citasih(1030)parasasti ini dibuat atas perintah raja yang bernama Maharaja jayabhupati, untuk memperingati bangunan Sang Hyang Tapak,yaitu sebagai tanda terima kasih raja terhadap pasukan pajajaran yang berhasil memenangkan perang melawan pasukan dari Swarnabhumi.
d) Prasasti Asatanagede(di kawali,ciamis)prasasti ini menyatakan tentang perpindahan pusat pemerintahan dari Pakwan Pajajaran ke Kawali.
e) Cerita kitab kidung Sundayana kitab ini menceritakan kekalahan pasukan pajajaran adalam pertempuran di bubat dan tewasnya Raja Sri Baduga setelah perang Bubat bernama Hyang wuni Sora.
b. Kehidupan Politik
Bentuk dan sistem pemerintahan raja-raja pajajaran hanya dapat diketahui dari beberapa orang raja saja. Raja-raja yang diketahui pernah memerintah di kerajaan pajajaran dianatranya sebagai berikut :
Maharaja Jayabhupati dalam parasasti ditulis Maharaja Jayabhupati menyebut dirinya Haji-ri-Sunda. Sebutan ini bertujuan untuk meyakinkan kedudukannya sebagai raja kerajaan pajajaran. Raja Jayabhupati agama hindu beraliran waisnawa. Pusat pemerintahannya diperkirakan berada didaerah pakuan oajajaaran dan kemudian pindah ke kawali.
Rahyang NiskalaWastu Kencanaa raja ini naik tahta menggantikan raja Maharaja Jayabhupati. Pusat pemerintahaanya terletak di kawali dan di isatananya bernamaSurawisesa.
Raja Dewa Niskala raja dewa niskala atau rahyang ningrat kenacana menjadi raja menganggantikan rahyang niskala wisnu kencana. Namun tidak diketahui bagaimana sistem pemerintahannya.
Sri Baduga Maharajabertahta di pakuan pajajaran pada masa pemerintahannya, terjadi pertempuran yang sangat besar dalam kitab Pararaton disebut dengan Perang Bubat. Peristiwa ini terjadi tahun 1357 dalam pertempuran itu semua pasukan pajajaran gugur termasuk Raja sri baduga beserta putrinya.
Hyang Wuhi Sora berkuasa menggantikan Raja Sri Baduga Maharaja. Setelah ia memerintah berturut-turut digantikan oleh parbhu nisakala Wastu Kencana (1371-1474), Tohaan (1475-1482) yang berkedudukan di galuh, ratu jaya dewata (1482-1521 M).
Ratu Samian pada masa pemerintahannya pada tahun1512 M dan 1521 M, ia berkunjung ke Malaka meminta bantuan portugis dalam rangka menghadapi kerajaan demak. Namun bantuan yang diharapkan itu ternyata sia-sia, karena pelabuhan terbesar pajajaran yaitu sunda kelapa sudah dikuasi oleh pasukan kerajaan demak dibawah pimpinan Fatahilah. Akhirnya hubungan pajajaran dengan dunia luar terputus.
Prabu Ratu Dewata (1535-1543) raja ini memerintah menggantikan Prabhu Surawisesa. Pada masa pemerintahannya, terjadi berbagai serangan dari kerajaan banten yang dipimpin oleh MaulanaHasanuddin, dibantu oleh anaknyaMaulan Yusuf. Berkali-kali paasukan banten berusaha merebut ibukota pajajaran tahun 1579 M. peristiwa ini mengakibatkan runtuhnya kerajaan Hindu pajajaran di Jawa Barat.
c. Tani Kehidupan sosial
Keehidupan sosial masyarakat pajajaran meliputi :
a) Golongan seniman
b) Golongan petani
c) Gologan pedagang
d) Golongan yang dianggap jahat sperti tukang copet, maling dan sebagainya.
d. Kehidupan Ekonomi
a) Perdagangan di laut, kerajaan pajajaran meliki enam pelabuhan penting yakni pelabuhan banten, pontang,cigede,tamgara,kelapa atau Jakarta sekarng.dan cimanuk. Setiap pelabuhan dikepalai oleh seorang syahbandr yng bertanggung jawab kepada raja dan bertindak sebagi wakil raja-raja dibandar-bandar yang dikuasai. Melalui keenam badar pelanuhan itu , kerajaan pajajaran melakukan perdagangan dengan Negara lain. Wilayah perdagangan mencapai pulau Sumatra bahkan ke pulau Maladewa. Barang-barang dagaangan sebagai sumber penghasilan dari kerajaan pajajaran umumnya berupa bahan makanan dan lada. Tetai barang dagangan yang lebih penting dalah beras. Barang-barang yang lain yang dapat diperolaeh di pelabuhan kerajaan pajajaran sperti sayur-sayuran ,sapi, kambing, tuak dan buah-buahan disamping itu ada juga bahan pakain yang didatangkan dari india. Mata uang yang digunakan sebagai alat tukar adalah mata uang cina.
b) Perdagangan Darat, kerajaan-kerajaan juga memiliki lalu lintas darat yang cukup penting. Jaalan dart itu berpusat di pakuan pajajran , ibikota kerajaan. Jalan yang satu kearah timur dan yang lain menuju kearah barat. Jalan menuju kearah timur menghubugkn pakuan pajajaran dengan karang sambung yang terletak ditepi sungai Cimanuk, melalui Cileungsi dan Cibarusa lalu membelokke ke kerwang. Dari tanjung pura ini diteruskan ke cikao dan purwakarta dan berakhir di karang sambung.
Sedangkan jalan yang lain menuju kearah barat, mualai dari pakuan pajajaraan melalui jasinga dan rangkassibitung menuju serang dan berakhir dibanten. Jalan darat lain dari pakuan pajajaran menuju ciampea mulai dari muara cianten. Melalui jalanitu pula bahan yang diperlukan oleh penduduk yang beradaa di daerah pedalaman disalurkan. Dengan demikian sistem perekonomian di kerjaan pajajaran sudah berkmbang dan sudah maju saat itu.
e. Kehidupan budaya
Sejak zaman kerajaan Tarumanegara, kehidupan kebudyaan rakyat jawa baratdipengaruhi oleh budaya hindu. Pengaruh agama hindu terhadap kerajaan Tarumanegara dapat diketahui dari :
a) Arca-arcaWisnu di daerah cibuaya dn arca-arcarajarsi
b) Kitab parahyangan dan kitab sanghyang siksakanda
c) Cerita-cerita dalam sastra Sunda kuno bercorak hindu.
G. KERAJAAN MAJAPAHIT
Dalam sejarah Indonesia Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan yang besar dan disegani oleh banyak bangsa asing.Namun sejarah Majapahit pada hakikatnya menerima banyak unsur politis ,kebudayaan,social ,ekonomi dari kerajaan singasari,sehingga pembahasan Kerajaan Majapahit tidak dapat dipisahkan dari sejarah Kerajaan Singasari.
1. Sumber Sejarah
Sumber informasi mengeni berdiri dan berkembangnya Kerajaan Majapahit berasal dari beberapa sumber ,yakni:
a} Prasasti
Prasasti Butak (1294 M) Prasasti ini dikeluarkan oleh Raden Wijaya setelah ia naik tahta .Prasasti ini memuat peristiwa-peristiwa keruntuhan Kerajaan Singasari dan perjuangan Raden Wijaya untuk mendirikan kerajaan.
b} Cerita Kitab
Kidung HarsaWijaya dan kidung Panji Wijayakrama.kedua kidung ini menceritakan Raden Wijaya ketika menghadapi musuh dari kediri dan tahun-tahun awal perkembangan Majapahit.
Kitab Pararaton yang menceritakan tentang pemerintahan raja-raja Singasari dan Majapahit.
Kitab Negarakertagama yang menceritakan tentang perjalanan Hayam Wuruk ke jawa Timur.
2. Kehidupan Politik
Raden Wijaya memeritah Kerajaan Majapahit dari tahun 1293-1309 M.Raden Wijaya sempat memperistri keempat putri Kertanegara,yaitu Tribhuwana ,Narendraduhita,Prjnaparamita,dan Gayatri.pada awal pemerintahannya terjadi pemberontakan – pemberontakan itu terjadi karena rasa tidak puas atas jabatan – jabatan yang diberikan oleh raja .Akan tetapi ,pemberontakan – pemberontakan itu dapat dipadamkan .
Raden Wijaya wafat pada tahun 1309 M dan dimakamkan pada dua tempat,yaitu dalam bentuk jina (Buddha)di Antapura alam bentuk Wisnu dan Siwa di Candi Simping (dekat Blitar).
Raden Wijaya wafat meninggalkan seorang putra yang bernama Kala Gemet.Putra ini diangkat menjadi raja Majapahit dengan gelar Sri Jayanegara (raja Jayanegara)pada tahun 1309 M.
Jayanegara memerintah Majapahit dari tahun 1309-1328 M. Masa pemerintahan Jayanegara penuh dengan pemberontakan dan juga dikenal sebagai suatu masa yang suram dalam sejarah Kerajaan Majapahit.Pemberontakan – pemberontakan itu dating dari juru demung (1313 M),Gajah Biru(1314 M),Nambi(1316 M),dan Kuti(1319 M ).
Pemberontakan Kuti merupakan pemberontakan yang paling bahaya dan hamper meruntuhkan Kerajaan Majapahit.Raja Jayanegara terpaksa mengungsi ke Desa Bedander yang diikuti oleh sejumlah pasukan Bhayangkara (pengawal pribadi raja)di bawah pimpinan Gajah Mada.setelah beberapa hari menetap di Desa Bedander (tempat ini belum dapat ditentukan di mana letaknya) maka Gajah Mada kembali ke Majapahit untuk meninjau suasana.
Setelah diketahui keadaan rakyat dan para bangsawan istana tidak setuju dan bahkan sangat benci kepada Kuti,Gjah Mada akhirnya merencanakan suatu siasat untuk melakukan serangan terhadap Kuti ,Berkat ketangkasan dan siasat jitu dari Gajah Mada ,Kuti dan kawannya dapat dilenyapkan.
Rja jayanegara dapat kembali lagi ke istana dan menduduki tahta kerajaan majapahit.sebagai penghargaan atas jasa gajah mada, maka ia langsung diangkat menjadi patih di kahuripan (1319-1321 M),tidak lama kemudian diangkat menjadi patih di kediri (1322-1330 M).
Raja tribhuanatunggadewi raja jayanegara meninggal tanpa meninggalkan seorang mahkota.tahta kerajaan majapahit jatuh ketengan gayatri,putrid raja kerta Negara yang masih hidup. Namun ,karena ia sudah menjadi seorang petapa, tahta kerajaan diserahkan kepada putrinya yang bernama Tribhuwanatunggadewi.
Tribhuwanatunggadewi memerintah kerajaan majapahit dari tahun 1328-1350 M.pada masa pemerintahannya, meletus pemberontakan sadeng (1331 M). nama sadeng sendiri adalah nama sebua daerah yang terletak di jawa timur. Pemberooontakan sadeng dapat dipadamkan oleh Gajah Mada dan Adityawarman.
Karena jasa dan kecakapannya, Gajah Mada diangkat menjadi patih Amangkubhumi Majapahit menggantikan Arya Tadah.saat upacara pelantikan, Gajah Mada mengucapkan sumpahnya yang terkenal dengan nama sumpah palapa (Tan Amukti Palapa) yang menyatakan bahwa gajah mada tidak akan hidup mewah sebelum nusantara berhasil disatukan dibawah panji Kerajaan Majapahit. Sejak saat itu, Gajah Mada menjadi pejabat pemeintahan tertinggi sesdah raja. Ia mempunyai wewenang untuk menetapkan politik pemerintahan Majapahit.
Raja hayam wuruk,raja hayam wuruk yang terlahir dari pernikahan Tribhuwanatunggadewi dengan Cakradara (Kertawardhana) adalah seorang raja yang yang mempunyai pandangan yang luas. Kebijakan politik Hayam Wuruk banyak memiliki kesamaan dengan politik Gajah Mada, yaitu mencita-citakan persatuan Nusantara di bawah panji Majapahit.
Hayam Wuruk memerintah kerajaan Majapahit dari tahun 1350-1389 M.pada massa pemerintahannya, Gajah M ada tetap merupakan salah satu tiang utama kerajaan Majapih dalam mencapai kejayaannya. Bahkan kerajaan Majapahit dapat di sebut sebagai kerajaan nasional setelah kerajaan Sriwijaya.
Selama hidupnya, patih Gajah Mada menjalankan politik persatuan nusantara, cita-citanya di jalankan dengan begitu tegas,sehingga menimbukan peristiwa Sunda yang terjadi tahun 1351 M. peristiwa itu berawal dari usaha Raja Hayam Wuruk untuk meminang putrid dari Pajajaran,Dyahpitaloka. Lamaran itu diterima oleh Sri Baduga, Raja Sri Baduga berserta putrid dan pengikutnya pergi ke Majapahit.
Selanjutnya, timbul persilisihan paham antara Gajah Mada dan pimpinan lascar pajajaran. Gajah Mada ingin menggunakan kesempatan ini agar pajajaran mau mengakui kedaulatan Majapahit, yakni dengan menjadikan putrid Dyah Pitaloka sebagai selir Raja Hayam Wuruk dan bukan sebagai permaisuri. Hal ini tidak dapat diterima oleh pajajaran karena dianggap merendahkan derajat.Akhirnya,pecah pertempuran yang mengakibatkan terbunuhnya Sri Baduga dengan putrinya dan seluruh pengikutnya di lapangan Bubat.
Akibat peristiwa itu politik Gajah Mada menemui kegagalan , karena dengan adanya peristiwa Bubat belum berarti pejajaran sudah menjidi wilayah kerajaan Majapahit. Bahkan kerajaan pajajaran terus berkembang secara terpisah dari Majapahit.
Ketika Gajah Mada wafat tahun 1364 M Raja Hayam Wuruk kehilanga orang yang sangat diandalkan dalam memerintah kerajaan . Oleh karena itu, Raja Hayam Wuruk mengadakan siding Dewan Sapta prabu untuk memutuskan pengganti patih Gajah Mada. Namun, tidak ada satu orang pun yang sanggup menggantikan patih Gajah Mada. Kemudian diangkatlah empat orang menteri di bawah pimpinan punala Tanding. Hal itu tidak berlangsung lama. Keempat oran menteri tersebu digantikan oleh dua orang menteri, yaitu Gajah Enggon sebagai patih mangkubumi menggantikan posisi Gajah Mada.
Keadaan Kerajaan Majapahit bertambah suram dengan wafatnya Tribhuwanatunggadewi [ibunda Raja Hayam Wuruk] tahun 1379 M. Kerajaan Majapahit semakin kehilangan pembantu – pambantu yang cakap. Kemanduran Kerajaan Majapahit semakin jelas setelah wafatnya Raja Hayam Wuruk tahun 1389 M. Berakhirlah masa kejayaan Majapahit.
Wikrama Wardhana Raja Hayam Wuruk digantikan oleh putrinya yang bernama Kusuma Wardhani . putrid ini menikah dengan Wikrama Wardhana [kemenakah Hayam Wuruk]. Wikrama Wardhana memerintah kerajaan Majapahit dari tahun 1389-1429 M. Tetapi Hayam Wuruk juga mempunyai seorang putra [yang lahir dari selir] bernama Wirabhumi. Wirabhumi diberi kekuasaan di ujung timur pulau Jawa, yaitu di daerah Blambangan sekarang.
Pada mulanya antara Wikrama Wardhana dan Wirabhumi terjalin satu hubungan yang baik. Tetapi pada tahun 1400 M, Kusumawardhani wafat, sementara Wikrama Wardhana mempunyai maksud untuk menjadi bhiksu. Hal ini menyebabkan kekosongan dalam pemerintahan Majapahit . Wirabhumi memanfaatkan kesempatan ini untuk merebuy kekuasaan di Majapahit , sehingga menimbulkan perang paregreg antara tahun 1401-1406 M , Dalam perang ini Wirabhumi dapat dibunuh . Meskipun perang paregreg telah berakhir , keadaan Kerajaan Majapahit makin lemah . satu persatu daerah kekuasaan Majapahit melepaskan diri dari kekuasaan pemerintahan pusat .Seiring dengan itu ,muncul Kekuasaan Kerajaan – kerajaan islam di pesisir.
Suatu tradisi lisan yang trkenal di pulau jawa menyatakan bahwa Kerjaan Majapahit hancur akibat serangan dari pasukan-pasukan Islam dibawah pimpinan Raden Patah(Demak).Pada waktu itu disebutkan bahwa raja yang memimpin di Majapahit adalah Brawijaya V yang merupakan raja trakhir dari kerajaan Majapahit ,karena setyelah wafatnya,Kerajaan Majapahit mengalami kehancuran (sekitar awal abad ke-16 M).
3 . Kehidupan Ekonomi
Majapahit menjalankan politik bertetangga yang baik dengan kerajaan asing,seperti kerajaan Cina,Ayodya(Siam),Champa,dan Kamboja.Sekitar tahun 1370-1381 Majapahit telah berapa kali mengirim utusan persahabatan ke Cina, hal itu diketahui dari berita kronik Cina dari Dinasti Ming.
Hubungan persahabatan yang dijalin dengan Negara tetangga itu sangat penting bagi Kerajaan Majapahit.Khususnya dalam bidang perekonomian (pelayaran dan perdagangan ),karena wilayah Kerajaan majapahit terdiri atas pulau dan daerah kepulauan serta sebagai sumber barang dagangan yang sangat laku di pasaran .Barang yang di pasarkan antara lain beras,lada ,gading, timah,besi,intan ,ikan,cengkeh,pala,kapas,dan kayu cendana.
Dalam hal ini perdagangan ,Kerajaan Majapahit memegang dua peranan pening.
1) Sebagai kerajaan produsen .Kerajaan Majapahit mempunyai wilayah yang sangat luas dan kondisi tanah yang sangat subur.dengan daerah yangsubur ,Kerajaan Majapahit menjadi produsen banyak barang dagangan .
2) Sebagai kerajaan perantara .Kerajaan Majapahit juga bertindak sebagai pedagang perantara.Artinya,membawa hasil bumi dari daerah yang satu kedaerah lainnya.
4 . Kehidupan Budaya
Perkembangan kebudayaan di Kerajaan Majapahit dapat diketahui dari peninggalan – peninggalan berikut.
1) Candi ; Candi peninggalan Kerajaan Majapahit antara lain Candi Panataran (Blitar ),Candi Tegal Sawentar(Blitar),Candi Sumberjati(Blitar),Candi Tikus (Trowulan),dan bangunan-bangunan purba lainnya ,terutama yang terdapat di daerah Trowulan .
2) Sastra ;Hasil sastra zaman Majapahit dapat kita bedakan menjadi:
Sastra Zaman Majapahit Awal Hasil sastra pada zaman ini adalah :Kitab Negarakertagama karangan Mpu Prapanca (tahun 1365),Kitab Sutasoma dan Kitab Arjunawiwaha karangan Mpu Tantular ,Kitab Kunjarakarna tidak diketahui pengarangnya ,dan Kitab Parthayajna ,tidak diketahui pengarangnya.
Sastra Zaman Majapahit Akhir Hasil sastra zaman Majapahit akhir ditulis dalam bahasa jawa tengah ,di antaranya ada yang ditulis dalam bentung tembang (kidung) dan gancaran (prosa).Hasil sastra terpenting antara lain :Kitab Pararaton,
Menceritakan riwayat raja-raja Singasari dan Majapahit ;Kitab Sundayana ,menceritakan peristiwa Bubat ;Kitab Sorandaka ,menceritakan pemberontakan Sora,Kitab Ranggalawe,menceritakan pemberontakan Ranggalawe ;Panjiwijayakrama ,menguraikan riwayat Raden Wijaya sampai menjadi raja ;Kitab Usana Jawa ,tentang penaklukan pulau bali oleh Gajah Mada dan Aryadamar,pemindahan keratin Majapahit ke Gelgel ,dan penumpasan raja raksasa Maya Denawa;dan Kitab Usana Bali ,tentang kekacauan di Pulau Bali akibat keganasan Maya Denawa yang akhirnya dibunuh oleh dewa .Selain kitab – kitab tersebut ,masih ada Kitab0kitab sastra lainnya seperti Paman cangah ,Tantu Pagelaran ,Calon Arang ,Korawasrama ,Babhuksah,Tantri Kamandaka,dan Pancatantra.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar